Badung (pilar.id) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan peninjauan kesiapan Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, jelang kepulangan para delegasi G20 dan juga wisatawan mancanegara lainnya.
Tinjauan kali ini dimulai dengan melihat fasilitas yang disiapkan pengelola bandara terkait pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) seperti, lokasi penempatan publikasi penanganan penyakit mulut dan kuku, kemudian titik-titik karpet disinfeksi yang akan dilalui oleh penumpang dipastikan telah semprotkan cairan disinfektan sebagai salah satu upaya penerapan biosecurity.
Selanjutnya pengecekan barang bawaan penumpang melalui x-ray yang mampu mendeteksi adanya daging mentah maupun produk olahan daging lainnya, kemudian jika ditemukan akan dilakukan tindakan lebih lanjut. Selanjutnya melakukan peninjauan posko terpadu yang terdapat di Bandara I Gusti Ngurah Rai.
Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB Mayjen TNI Fajar Setyawan mengatakan, saat ini Bali sedang menjadi sorotan dunia dengan adanya agenda G20, sehingga perlu adanya langkah-langkah yang masif guna penanganan delegasi maupun wisatawan yang keluar dari Bali.
“Bali menjadi barometer nasional dan dunia, terlebih adanya G20 perhatian tertuju kepada Bali. Oleh karena itu jangan sampai kepulangan wisatawan asing menjadi sarana penularan virus PMK dan Covid,” kata Fajar disela-sela diskusi dengan jajaran yang bertugas di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali pada Rabu (16/11/2022).
Lebih lanjut dirinya menjelaskan BNPB sebagai yang ditunjuk menjadi Satgas penanganan Covid-19 serta Satgas penanganan PMK terus melaksanakan pengawasan dan jika terjadi sesuatu akan mengambil tindakan penanganannya.
“BNPB melakukan pengawasan atas surat edaran yang telah dikeluarkan selama ini apakah dijalankan, utamanya selama G20 berlangsung, jika ada kendala diharapkan langsung berkoordinasi untuk dilakukan tindakan lebih lanjut,” ujarnya.
Fajar Juga menjelaskan, BNPB menerjunkan tim dan posko lapangan dibeberapa titik baik di Pulau Bali, Pulau Lombok dan Pulau Jawa yang menjadi pintu masuk dan keluar menuju Bali.
“BNPB melakukan penguatan dukungan yang menunjang pegelaran G20, terkait protokol kesehatan Covid, penanganan PMK dan tentunya bencana alam,” ucap Fajar.
Menurutnya BNPB akan bersiaga sejak sebelum puncak kegiatan G20 hingga selesai, sebagai bentuk langkah kesiapsiagaan sebelum bencana terjadi.
“BNPB harus siap siaga di daerah pelaksanaan, nantinya ketika dibutuhkan kita dapat memberikan penanganan secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya,” imbuhnya.
“Keselamatan adalah prioritas utama baik VVIP, VIP hingga masyarakat. SOP telah dibuat, sehingga ketika terjadi bencana jangan menunggu komando tapi secara otomatis langsung melaksanakan tugasnya masing-masing,” tutur Fajar.
Kemudian, Raditya yang turut mendampingi, berujar, panduan dan rencana kontinjensi yang telah disusun sebelumnya diharapkan dapat menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kebijakan yang terlibat penanganan bencana di Bali.
“Ancaman gempa bumi sudah dipetakan, sudah dilatih dalam _Tabletop Exercise_ dan _Tactical Floor Game_, sudah ada rencana kontijensi dari saat terjadi bencana sampai dengan evakuasi,” ujar Radit.
“Panduan yang sudah telah dihasilkan akan menjadi panduan bagi semua yang ada di lapangan ketika terjadi bencana,” pungkasnya. (her/din)