Jakarta (pilar.id) – Ketua Satgas Cacar Monyet dari Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Hanny Nilasari, meminta masyarakat untuk mengurangi risiko penularan cacar monyet. Salah artinya dengan tidak memakan makanan menatah.
“Masyarakat perlu mengonsumsi daging yang dimasak dengan benar dan menghindari kontak dengan hewan yang terinfeksi cacar monyet,” kata Hanny dalam konferensi pers yang disasaksikan secara daring, Jumat (26/8/2022).
Selain itu, ia juga mengimbau agar masyarakat melakukan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta menerapkan protokol kesehatan.
Apabila pasien mengalami ruam serta gejala yang dicurigai cacar monyet, pasien perlu segera menghubungi fasilitas kesehatan. “Serta segera isolasi mandiri dan tidak melakukan kontak dengan orang lain,” ujar dia.
Adapun, ibu hamil yang melakukan kontak dengan pasien cacar monyet perlu segera memeriksa ke rumah sakit untuk mencegah penularan pada janin.
Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengungkapkan kemunculan pasien pertama cacar monyet merupakan laki-laki berusia 27 tahun asal DKI Jakarta. Pasien tersebut diketahui melakukan perjalanan dari luar negeri.
Pasien menunjukkan ada gejala demam pada 14 Agustus, namun tetap dalam keadaan baik, tidak sakit berat. Kemudian, pada 18 Agustus, pasien melakukan pemeriksaan oleh Dinkes Jakarta.
Hanny Nilasari pun menjelaskan kondisi 23 pasien terduga cacar monyet. Menurutnya, belum ada tambahan kasus konfirmasi dari pasien terduga tersebut. “Mudah-mudaha dari 23 kasus, semuanya mendapatkan hasil tes negatif,” katanya.
Namun, ia mengatakan 23 pasien terduga itu belum pernah dilakukan penyisiran kasus. Untuk itu, belum diketahui apakah lesi kulit betul-betul menyerupai lesi cacar monyet klasik.
Hanny menyebutkan, banyak kasus terduga cacar monyet yang menunjukkan gejala seperti infeksi kulit biasa. Sebagai contoh, gejala dapat mirip dengan cacar air atau infeksi kulit biasa karena bakteri.
“Jadi tidak indikasikan kasus monkeypox,” ujar Hanny. (her/din)