Gresik (pilar.id) – Pertengahan Mei 2023, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa status darurat kesehatan global untuk penyakit cacar monyet atau monkeypox telah berakhir. Namun, serupa dengan Covid-19, WHO juga menyatakan bahwa monkeypox tetap menjadi tantangan bagi dunia kesehatan.
“Kasus pertama kali dilaporkan oleh Inggris pada 7 Mei 2022,” ungkap dr. Dinda Yuliasari, seorang Dokter Umum di RS Wates Husada Gresik, Jawa Timur.
Disampaikan dr. Dinda Yuliasari, monkeypox telah terdeteksi di lebih dari 20 negara di seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat (AS), Australia, Uni Emirat Arab, dan beberapa negara di Eropa. Meskipun demikian, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa hingga saat ini belum ada kasus positif monkeypox yang dilaporkan di Indonesia.
dr. Dinda Yuliasari menjelaskan bahwa monkeypox adalah penyakit zoonosis langka yang disebabkan oleh infeksi virus monkeypox. Penyakit ini pertama kali ditemukan pada tahun 1958 ketika terjadi wabah pada koloni monyet yang dipelihara untuk tujuan penelitian, yang kemudian menjadi penyebab nama penyakit ini, yaitu cacar monyet atau monkeypox.
Kasus monkeypox pertama yang menginfeksi manusia tercatat pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo. Sejak saat itu, kasus monkeypox telah dilaporkan menyerang orang-orang di beberapa negara di Afrika Tengah dan Barat.
Virus monkeypox dapat menular ketika seseorang bersentuhan dengan virus yang berasal dari hewan yang terinfeksi, orang yang terinfeksi, atau benda yang terkontaminasi virus. Penularan virus ini dapat terjadi melalui gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi, atau melalui penggunaan produk yang berasal dari hewan yang terinfeksi.
“Virus ini juga dapat menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau luka pada orang yang terinfeksi, atau melalui benda yang telah terkena cairan tubuh atau luka, seperti pakaian atau linen,” tambahnya.
Monkeypox juga dapat ditularkan dari manusia ke manusia melalui kontak langsung dengan luka infeksi atau cairan tubuh penderita. Penyakit ini juga dapat menyebar melalui droplet pernapasan saat terjadi kontak yang berkepanjangan dengan penderita.
Gejala Monkeypox
Gejala monkeypox mirip dengan gejala cacar air, tetapi biasanya lebih ringan. Gejala awal yang muncul termasuk demam, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan.
Perbedaan utama antara gejala monkeypox dan cacar air adalah monkeypox menyebabkan pembengkakan pada kelenjar getah bening (limfadenopati), sedangkan cacar air tidak. Masa inkubasi monkeypox biasanya berkisar antara 6 hingga 13 hari, tetapi dapat juga mencapai 5 hingga 21 hari.
Gejala dan tanda-tanda monkeypox meliputi:
- Sakit kepala
- Demam akut dengan suhu lebih dari 38,5 derajat Celsius
- Pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati)
- Nyeri otot (myalgia)
- Sakit punggung
- Kelemahan tubuh (astenia)
- Lesi cacar, yaitu benjolan berisi air atau nanah yang muncul di seluruh tubuh
Biasanya, dalam waktu 1 hingga 3 hari (kadang-kadang lebih lama) setelah munculnya demam, penderita akan mengalami ruam yang awalnya muncul di wajah dan kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya. Penyakit ini biasanya berlangsung selama 2 hingga 4 minggu. Di Afrika, monkeypox telah terbukti menyebabkan kematian pada 1 dari 10 orang yang terinfeksi penyakit ini.
Pencegahan Monkeypox
Upaya pencegahan infeksi monkeypox meliputi:
- Menghindari kontak dengan hewan yang dapat menjadi reservoir virus, termasuk hewan yang sakit atau ditemukan mati di daerah dengan kejadian monkeypox.
- Menghindari kontak dengan benda-benda yang pernah bersentuhan dengan hewan yang sakit, seperti tempat tidur.
- Menyisihkan pasien yang terinfeksi dari orang lain yang berisiko tertular.
- Melakukan cuci tangan yang baik dan benar setelah kontak dengan hewan atau manusia yang terinfeksi.
- Menggunakan alat pelindung diri (APD) saat merawat pasien yang terinfeksi.
- Memasak daging dengan baik dan matang sebelum dikonsumsi.
Monkeypox merupakan penyakit self-limiting yang umumnya sembuh dengan sendirinya dalam waktu 2 hingga 4 minggu. Biasanya, penyakit ini memiliki gejala ringan dan jarang membutuhkan rawat inap di rumah sakit.
Namun, prognosis monkeypox sangat tergantung pada kondisi kesehatan umum pasien, usia pasien, respons imun pasien, adanya penyakit penyerta, dan komplikasi yang mungkin terjadi. Pada anak-anak, kasus monkeypox cenderung lebih parah.
“Meskipun hingga saat ini belum ada laporan kasus monkeypox di Indonesia, tetap penting bagi kita untuk tetap waspada dan berhati-hati. Jika mengalami gejala dan tanda-tanda seperti yang disebutkan di atas, segera laporkan ke fasilitas pelayanan kesehatan,” tutup dr. Dinda Yuliasari. (hdl)