Jakarta (pilar.id) – Women Parliementarians dinilai sebagai salah satu forum paling bergengsi di 144th Assembly of the Inter Parliamentary Union (IPU). Dan di forum tersebut, Indonesia menjadi pemeran utama.
Sebab, berbagai gagasan dan kebijakan Indonesia dalam isu-isu perempuan diadopsi dalam Women Parliamentarians di forum parlemen dunia ini. Pasalnya, produk regulasi Indonesia dinilai oleh para delegasi di IPU, banyak berpihak pada perempuan.
Selain itu, kepemimpinan perempuan di Indonesia juga mendapat sorotan di IPU. Bahkan, Sekjen IPU, Martin Chungong berkali-kali menyebut Puan menjadi simbol kepemimpinan perempuan dunia.
“Gagasan-gagasan Indonesia dalam isu-isu perempuan banyak diapresiasi di forum IPU ke-144. Banyak delegasi yang merasa Indonesia menjadi contoh nyata kepemimpinan perempuan. Di forum woman kita leading di segala tema,” ujar Puan di sela-sela sidang IPU ke-144 di Bali International Convention Centre (BICC), Nusa Dua, Kamis (24/3/2022).
Lebih lanjut, perempuan pertama yang menjadi Ketua DPR RI ini menjelaskan keberpihakan yang dimaksud termasuk pada budgeting hingga keterlibatan perempuan dalam mempersiapkan produk kebijakan publik.
Jadi apapun yang disampaikan Indonesia dalam forum perempuan IPU pasti didengar dan diamini. “Kepemimpinan perempuan di Indonesia menginspirasi mereka. Banyak yang mau belajar lebih lanjut. Bagaimana mereka juga ingin meningkatkan jumlah anggota perempuan di parlemen. Mereka melihat kesuksesan Indonesia,” tambah Puan.
Sementara itu, anggota Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI yang menjadi Ketua 33rd session of the Forum of Women Parliamentarians, Irine Yusiana Roba Putri mengatakan, Rancangan Undang-undang (RUU) Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS) yang sempat disinggung Puan dalam forum mendapat sorotan delegasi-delegasi IPU.
“Dengan RUU TPKS, Indonesia dianggap progresif dalam perlindungan terhadap perempuan. Kemudian terkait pandemi Covid-19, Indonesia juga dapat nilai positif karena kebijakan untuk perempuan dan anak dianggap menonjol, termasuk dalam vaksinasi,” jelas Irine.
Kebijakan yang menekankan pada kasus kematian ibu hamil dan anak menjadi salah satu alasan para delegasi IPU memberikan apresiasi. Sekaligus, bagaimana DPR memberi banyak perhatian dan dukungan untuk perempuan yang banyak terdampak pandemi.
“Bagaimana tidak? Indonesia sudah punya presiden perempuan, ketua DPR perempuan. Jadi kita dianggap lead by example. Bahkan Amerika negara maju aja belum punya presiden perempuan. Maka banyak mata dunia yang memandang ke kita,” terang Irine.
Dalam Governing Council IPU pagi ini, Irine membacakan hasil pertemuan Women Parliamentarians. Ada dua resolusi yang dihasilkan oleh forum parlemen perempuan IPU tersebut.
Resolusi pertama adalah ‘Memikirkan Kembali dan Membingkai Ulang Pendekatan Proses Perdamaian dengan Pandangan untuk Membina Perdamaian Abadi’. Kemudian resolusi kedua yaitu ‘Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagai Enabler Sektor Pendidikan, Termasuk di Masa Pandemi’.
“Kami sepakat bahwa sangat mendesak untuk mendengarkan para korban atau penyintas kekerasan seksual terkait konflik dan untuk mempertanggungjawabkan hak-hak mereka,” sebut Irine di sidang Governing Council IPU, hari ini.
Kemudian delegasi dari Meksiko, Marisol Garcia Segura mengatakan Indonesia memiliki kesamaan spirit dengan negaranya. Saat ini, Meksiko memiliki banyak anggota parlemen perempuan.
“Kami punya banyak kesamaan dengan Indonesia. Memang berbeda ketika yang memimpin perempuan. Kalau perempuan punya komitmen, ketika ingin sesuatu pasti akan berusaha diraihnya walau harus bekerja dua kali lipat dari laki-laki,” ungkap Marisol.
Marisol juga memuji pidato Puan, khususnya dalam isu-isu perempuan. Menurutnya, gagasan Puan terhadap kesetaraan gender menyampaikan pesan penting pada agenda-agenda perlindungan terhadap perempuan, terutama saat pandemi Covid-19.
“Pidatonya sangat luar biasa tentang persamaan. Pesan yang disampaikan sangat penting untuk dunia, dan mengena untuk kami,” tutupnya. (fat)