Jakarta (pilar.id) – Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, pihaknya telah melakukan audit dengan menggunakan International Sustainability Rating System (ISRS). Setelah dilakukan pemetaan selama 10 bulan, Pertamina mengaku sudah melakukan tindakan prioritas.
“Secara garis besar risiko yang akan terjadi di aset kita itu ada 4 penyebab kemungkinan,” kata Nicke, di Jakarta, Selasa (4/4/2023).
Penyebab terjadinya risiko tersebut, pertama oleh sambaran petir. Salah satu kasusnya di Cilacap, Jawa Tengah pada 2022. “Saat itu, tanggal 3 Desember 2022 terjadi petir sampai 17 kali, dan Cilacap aman,” kata Nicke.
Terhadap risiko ini, Nicke menyampaikan, pihaknya sudah membangun lightning protection system di semua kilang Pertamina. “Ini sudah selesai dibangun, jadi lightning protection system kita (bangun) dua lapis, baik di equipmentnya dan satu lagi lapis tower,” kata dia.
Penyebab kedua overflow. Menurut Nicke, overflow menjadi salah satu penyebab kebakaran di kilang Pertamina. Ketiga high temperature hydrogen attack, sebagaimana terjadi di Dumai dan Balikpapan.
“Sehingga kebocoran di Dumai kemarin bisa kita padamkan dalam waktu 9 menit,” kata Nicke.
Risiko berikutnya, terkait dengan sulfidation. Kilang-kilang lama, kata Nicke, hanya bisa memproses yang sulfurnya rendah. “Nah program kita agar kilang-kilang kita bisa memproses yang sulfurnya tinggi, jadi harganya lebih murah, sehingga crude cost ini bisa kita turunkan, tetapi materinya harus diubah yang tidak cepat rusak ketika yang diproses adalah crude dengan sulfur tinggi, itulah sulfidation,” kata Nicke.
Untuk meningkatkan keamanan ini, imbuh Nicke, pihaknya telah menginvestasikan sebesar 600 juta dolar Amerika Serikat. “Kita akan terus belajar dari case-case,” kata dia. (ach/din)