Surabaya (pilar.id) – Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan telah membawa perubahan signifikan dalam kehidupan manusia. Namun, apakah AI bisa menggantikan peran manusia sepenuhnya?
Dr. Aziz Fajar, seorang dosen dari Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin Universitas Airlangga (Unair), memberikan analisisnya terkait hal ini.
Menurut Dr. Aziz, meskipun AI memiliki kemampuan untuk menggantikan peran manusia dalam beberapa bidang, kecerdasannya tetap terbatas.
AI hanya mampu menggunakan sumber daya yang telah ada dan tidak mampu menciptakan hal-hal baru secara benar-benar mandiri. Meskipun demikian, AI tetap memiliki keunggulan dalam memberikan manfaat praktis yang dapat diakses kapan pun.
Meskipun demikian, kecepatan AI dalam memproses informasi dan menghasilkan output telah mengesankan banyak pihak. Contohnya adalah teknologi chatGPT, bagian dari generative AI. Meskipun informasi yang diberikan oleh chatGPT dapat ditemukan di internet, AI ini memberikan manfaat praktis karena dapat diakses dan ditanyakan kapan saja.
Dalam menghadapi perkembangan AI, regulasi yang tepat sangat penting untuk memastikan penggunaannya sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang berlaku. Meskipun etika pembuatan AI diajarkan dalam pendidikan formal, tidak semua individu akan mematuhi aturan tersebut. Oleh karena itu, regulasi yang ketat diperlukan untuk memastikan penggunaan AI yang bertanggung jawab.
“Walaupun ada risiko dan keterbatasan, banyak sektor yang telah memanfaatkan kemampuan AI untuk mempermudah pekerjaan mereka. Dalam hal ini, peran manusia tetap sangat penting dalam mengarahkan dan mengontrol penggunaan AI,” ungkap Dr. Aziz.
“AI bukanlah musuh, melainkan alat bantu yang dapat memudahkan proses kerja manusia. Seperti halnya telepon dan kalkulator, AI menjadi alat yang memperluas kemampuan manusia dalam berkomunikasi dan melakukan perhitungan,” tambahnya. (hdl)