Surabaya (pilar.id) – Setelah pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu), banyak caleg yang menghadapi tekanan berat, terutama saat hasil sementara menunjukkan kegagalan.
Pakar Psikologi dari Universitas Airlangga (Unair), Atika Dian Ariana MSc MPsi, memberikan pandangan terkait dampak psikologis dan stres yang mungkin dialami oleh caleg yang tidak berhasil mendapatkan dukungan suara.
Menurut Atika, stres pada umumnya muncul ketika seseorang merasa tidak mampu mengatasi situasi yang dihadapi dengan sumber daya yang dimilikinya. Isu ini semakin terlihat dengan tersebarnya video caleg yang terlihat stres setelah tidak mendapatkan dukungan suara, yang seringkali menjadi viral di media sosial.
“Tekanan dan rasa malu muncul karena harapan yang tidak terpenuhi sesuai ekspektasi sebelumnya,” ungkap Atika.
Pada situasi kompleks seperti pencalonan caleg, melibatkan banyak pihak, mulai dari keluarga, partai politik, rekan kerja, hingga tim sukses, stres bisa bertambah. Jika pencalonan dilakukan dengan nilai material atau transaksi, perasaan gagal dan penurunan harga diri dapat terjadi, terutama ketika ada persepsi negatif tentang karakter pribadi caleg yang gagal.
Gejala stres dapat muncul dalam perubahan pola makan, gangguan tidur, isolasi diri, perubahan emosional yang signifikan, dan respons fisik seperti gangguan pencernaan. Atika juga menyoroti pengaruh lingkungan, terutama komentar negatif dan tindakan bullying dari netizen.
Dalam konteks ini, dukungan sosial menjadi penting untuk menjaga kesehatan mental. Perhatian dan diskusi dengan orang-orang terdekat dapat memberikan kenyamanan dan perspektif baru, membantu menemukan solusi alternatif. Jika tekanan stres berlanjut tanpa penanganan yang tepat, dapat menyebabkan penurunan kesejahteraan mental yang signifikan, seperti depresi.
Atika menekankan bahwa menjaga kesehatan mental dan fisik melibatkan strategi yang sama. Pola makan sehat, tidur cukup, olahraga, serta pemahaman diri yang lebih baik dapat membantu mengelola tekanan dan stres. Dia juga mendorong para caleg dan masyarakat, khususnya generasi muda, untuk aktif mencari lingkungan dan teman yang sehat secara mental. Refleksi diri secara berkala juga menjadi langkah penting.
“Merawat diri dan menjaga kesehatan mental adalah hal yang sangat penting untuk kesejahteraan kita. Jika diperlukan, mencari bantuan profesional seperti psikolog atau psikiater sangat dianjurkan. Tidak perlu ragu untuk mencari dukungan ketika mengalami kesulitan, karena itu adalah bentuk mencintai diri sendiri,” tambah Atika. (ret/hdl)