Jakarta (pilar.id) – Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyantobbm, menilai, kurang logis kalau pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi. Sebab, harga minyak dunia saat ini cenderung mengalami penurunan.
Mulyanto justru minta pemerintah menurunkan harga BBM nonsubsidi. Ia minta pemerintah konsekuen dengan pola penghitungan harga jual BBM nonsubsidi yang mengikuti harga minyak dunia.
“Pemerintah jangan mau enaknya sendiri. Saat harga minyak dunia tinggi, harga BBM nonsubsidi dinaikan. Sekarang saat harga minyak dunia turun, harga BBM bersubsidi tetap tinggi juga,” kata Mulyanto, Jumat (5/8/2022).
PT Pertamina resmi menaikkan harga Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex. Harga terbaru Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex tersebut berlaku mulai Rabu (3/8/2022) pukul 00.01 WIB.
Dikutip dari pertamina.com, Pertamax Turbo yang semula dijual dengan harga Rp16.200 hingga Rp16.900 kini menjadi Rp17.900 hingga Rp18.600.
Begitu juga dengan Dexlite yang semula dibanderol Rp 15.000-Rp 15.700 naik menjadi Rp17.800-Rp18.500.
Sementara Pertamina Dex dari harga Rp16.500-Rp17.200 kini per liter dihargai Rp18.900-Rp19.600.
Mulyanto mempertanyakan alasan pemerintah menaikan harga BBM nonsubsidi saat harga minyak dunia turun. Menurutnya, keputusan pemerintah menaikan harga BBM nonsubsidi saat harga minyak dunia turun tidak logis dan merugikan masyarakat.
Pemerintah harusnya meringankan beban masyarakat. Bukan justru menambah berat. “Jadi terkesan janggal, saat harga minyak dunia turun malah menaikan harga jual BBM nonsubsidi,” tegasnya.
Ia mengingatkan pemerintah bahwa keputusan menaikan harga BBM nonsubsidi secara beruntun dan serempak untuk beberapa varian dapat memicu inflasi. Mulyanto khawatir kenaikan harga BBM nonsubsidi ini akan mendorong masyarakat bermigrasi mengkonsumsi ke BBM bersubsidi.
Bila hal tersebut sampai terjadi tidak menutup kemungkinan akan terjadi kekurangan stok BBM bersubsidi. “Sebab kuota BBM bersubsidi kan terbatas. Bahkan kabar terakhir menyebutkan cadangan BBM bersubsidi kita hanya cukup sampai bulan November,” ujarnya.
Seperti diketahui pada Juli 2022 harga rata-rata minyak mentah Indonesia atau ICP sebesar 106,7 dolar AS per barel. Harga itu telah mengalami penurunan sebesar 10,89 dolar AS per barel dari harga bulan sebelumnya yaitu 117,62 dolar AS per barel.
Sementara harga minyak dari WTI Crude di awal Agustus ini sudah jatuh di bawah harga 90 dolar AS per barel. Begitu juga harga minyak dari Brent Crude yang mendekati 92 dolar AS per barel. (her/din)