Jakarta (pilar.id) – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy, mengatakan bahwa Indonesia dapat mengakhiri kemiskinan ekstrem lebih cepat dari target agenda Sustainable Development Goals (SDGs).
Hal ini diungkapkannya pada forum Pengetahuan ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC) yang diadakan di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, Minggu (7/5/2023).
Menurut Menko Muhadjir, Presiden telah memerintahkan kepada Kemenko PMK untuk mencapai tingkat kemiskinan ekstrem nol persen pada tahun 2024. Hal ini 6 tahun lebih cepat dari target agenda SDGs.
“Instruksi Presiden No.4/2022 menyatakan bahwa kemiskinan ekstrem merupakan persoalan multidimensi yang harus diselesaikan secara sinergi terpadu dengan mengerahkan seluruh sumber anggaran baik APBN, APBD, APBdes, dan sumber lainnya yang sah,” ungkapnya.
Selain itu, diperlukan pelibatan seluruh pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, civitas akademik, maupun non-pemerintah.
Menko Muhadjir juga mengatakan bahwa persoalan yang dihadapi penduduk miskin ekstrem seperti keterbatasan kebutuhan dasar, rendahnya pendidikan, rendahnya tingkat kesehatan, terbatasnya akses air bersih, rumah tidak layak huni, dan terbatasnya akses ekonomi dapat terentaskan jika diintervensi secara gotong royong oleh berbagai pihak. Upaya konvergensi penghapusan kemiskinan ekstrem pun mulai menunjukkan hasil.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka kemiskinan ekstrem pada September 2022 sebesar 1,74 persen turun 0,3 persen dari 2,04 persen di Maret 2022.
Menko Muhadjir mengatakan bahwa program Indonesia dalam memberantas kemiskinan ekstrem adalah mengakhiri stunting dan membangun infrastruktur yang dibutuhkan daerah.
Pemerintah juga memberikan perhatian yang sangat tinggi terhadap upaya membangun infrastruktur yang dibutuhkan masyarakat bawah, yaitu mencakup jaringan komunikasi, jaringan transportasi di tingkat paling bawah, pengadaan air minum, pengadaan air bersih, sanitasi, dan pembangunan posyandu dan puskesmas yang representatif.
Disampaikan pula bahwa target penurunan kemiskinan ekstrem nol persen sangat sulit. “Hal ini dikarenakan masih ada beberapa daerah di Indonesia yang sulit dijangkau,” tegasnya.
Namun, ia berharap agar target kemiskinan ekstrem nol persen dapat tercapai atau setidaknya mendekati nol persen. (hdl)