Semarang (pilar.id) – Kementerian Perdagangan terus berkomitmen mendukung perkembangan usaha kecil dan menengah (UKM) dengan memberikan fasilitasi dalam mempromosikan produk mereka.
Salah satu upaya terbaru dilakukan melalui pameran produk UKM yang diselenggarakan dalam Rapat Kerja Kementerian Perdagangan 2024 pada tanggal 20-21 Februari 2024 di Semarang, Jawa Tengah.
Sebanyak 16 UKM unggulan mengambil bagian dalam acara ini, memamerkan total 66 produk beragam, termasuk produk kriya, fashion, kopi, pangan, dan motor listrik.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Isy Karim, menyampaikan bahwa Kemendag, melalui Direktorat Penggunaan dan Pemasaran Produk Dalam Negeri, berperan aktif dalam pembinaan dan pemberdayaan UKM.
Fokus utama pembinaan meliputi aspek kualitas produk, kemasan, dan strategi pemasaran untuk meningkatkan daya saing UKM, yang dianggap sebagai salah satu pilar pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Salah satu UKM yang menarik perhatian dalam pameran ini adalah Batik Anindya dari Semarang, yang menghadirkan produk fashion batik. Batik Anindya tidak hanya menghasilkan batik tulis berkualitas tinggi, tetapi juga memberdayakan difabel dalam proses produksinya.
Pemilik Batik Anindya, Lisa Farida, merasa bersyukur karena dapat berpartisipasi dalam Pameran Mini Expo Produk UKM pada Rapat Kerja Kemendag 2024. Keikutsertaan ini membantu memperluas jangkauan pasar mereka dan meningkatkan kesadaran konsumen terhadap upaya pemberdayaan difabel.
“Penjualan hari ini alhamdulillah, semakin banyak pembeli yang mengetahui difabel. Jadi begitu mau beli satu, tahu kalau karyawannya difabel jadinya beli tiga,” ungkap Lisa.
Dalam upayanya untuk memberdayakan difabel, Batik Anindya telah mempekerjakan setidaknya 11 orang karyawan difabel. Produk-produk mereka, termasuk batik tulis, batik cap, dan kain tenun, dijual dengan harga berkisar antara Rp250.000 hingga Rp800.000 per potong.
Batik tulis menjadi varian paling tinggi dengan harga Rp800.000. Batik Anindya juga aktif mempromosikan produknya melalui media sosial, terutama melalui akun Instagram @anindya_batik.
Menariknya, produk Batik Anindya telah berhasil menembus pasar internasional, terjual hingga ke Korea dan Jepang melalui mitra bisnis mereka.
Namun, Lisa juga menghadapi beberapa kendala dalam produksi batik, terutama terkait dengan jumlah produksi yang terbatas dan waktu yang lebih lama.
Ia juga mencatat tantangan dalam pemasaran online. Oleh karena itu, Lisa berharap agar Kemendag terus memberikan dukungan dalam mempromosikan produk UKM, termasuk fasilitasi keikutsertaan dalam berbagai pameran.
“Batik Anindya merupakan produk terbatas. Maka, detail-detail seperti desain, pola jahit, dan penyelesaiannya harus rapi. Oleh karena itu, prosesnya lebih lama daripada konveksi. Harapan kami pada Kemendag adalah bantuan fasilitasi pada pameran-pameran seperti ini. Tempat produksi kami masih mengontrak, barangkali ada perumahan mangkrak yang bisa menjadi wadah kami untuk tetap membina teman-teman difabel,” ungkap Lisa.
Lisa menegaskan bahwa awal mula tujuannya dalam memberdayakan difabel adalah karena dorongan untuk menjadikan sisa hidupnya bermanfaat sesuai dengan ajaran Tuhan. “Dulu saya kerja di perusahaan multinasional, saya ingin sisa hidup saya bermanfaat di jalan Allah SWT,” tutup Lisa. (ret/hdl)