Jakarta (pilar.id) – Dua-tiga tahun ke belakang, bisnis rintisan hadir seolah menjadi cahaya baru di tengah berbagai macam gempuran kondisi krisis ekonomi dan Pandemi Covid-19.
Bisnis rintisan atau start-up di masa sulit tersebut, berhasil mnguatkan posisi mereka di putaran ekonomi global. Namun, pelan tapi pasti, banyak bisnis rintisan yang mulai goyah. Beberapa bahkan sudah secara terang-terangan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terhadap karyawan mereka.
Mulai dari e-commerce Shopee, GoTo, sampai bisnis rintisan di bidang jasa pendidikan seperti RuangGuru telah melakukan PHK massal. Langkah tersebut diambil demi mengamankan kondisi keuangan perusahaan yang dalam beberapa tahun terakhir rutin melakukan bakar uang dalam bentuk promo, dan berbagai macam diskon serta penggunaan strategi iklan besar-besaran di berbagai media massa seperti televisi.
Beberapa hari lalu, Shopee Indonesia kembali melakukan PHK massal Karyawan tepatnya pada Senin (14/11/2022). Langkah tersebut kemudian diikuti oleh GoTo yang melakukan PHK kepada 1.300 karyawan mereka.
Kendati begitu, Shopee Indonesia berkomitmen untuk memberikan dukungan bagi karyawan yang terdampak dari kebijakan tersebut. Pesangon diberikan sesuai aturan perundang-undangan plus 1 bulan gaji.
GoTo juga melakukan hal serupa. Mereka memberikan paket kompensasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan di tiap negara di mana GoTo beroperasi. Ditambah dengan dukungan finansial berupa tambahan satu bulan gaji.
“Karyawan terdampak akan memperoleh paket kompensasi sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan di tiap negara di mana GoTo beroperasi. Lebih dari itu, GoTo juga memberikan sejumlah dukungan finansial, antara lain berupa tambahan satu bulan gaji, serta kompensasi pengganti periode pemberitahuan (notice in-lieu),” bunyi pertanyaan perusahaan.
Ruangguru menjadi perusahaan paling terbaru yang melakukan PHK. Selang beberapa jam dari GoTo, perusahaan rintisan ini mengumumkan PHK ratusan pegawai. Informasi itu diumumkan oleh Tim Corporate Communication Ruangguru.
“Hari ini Ruangguru melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dengan sebagian pegawai Ruangguru. Terdapat ratusan pegawai Ruangguru yang terdampak dari pemutusan hubungan kerja ini. Keputusan sulit ini diambil karena situasi pasar global yang memburuk secara drastis,” tulis perusahaan.
Tekanan Makro-ekonomi
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, mengatakan, gelombang PHK di startup disebabkan oleh tekanan makro-ekonomi yang cukup berat pasca-pandemi.
“Mulai dari kenaikan inflasi, tren penyesuaian suku bunga, pelemahan daya beli, risiko geopolitik dan model bisnis yang berubah signifikan,” kata Bhima dalam analisanya, dikutip Sabtu (19/11/2022).
Pasca-pandemi, kata dia, awalnya diharapkan akan terjadi kenaikan jumlah user dan profitabilitas layanan yang kontinu.
Sebaliknya, harapan mulai pupus ketika konsumen terutama di Indonesia dan negara Asia Tenggara berhadapan dengan naiknya inflasi pangan dan energi sekaligus, sehingga mengurangi pembelian barang dan jasa melalui layanan platform digital.
Hampir sebagian besar startup yang melakukan PHK massal disebut sebagai pandemic darling atau perusahaan yang meraup kenaikan gross merchandise value (GMV) selama puncak pandemi 2020-2021.
Karena valuasinya tinggi, maka mereka dipersepsikan mudah cari pendanaan baru. Faktanya agresifitas ekspansi perusahaan digital ternyata saat ini tidak sebanding dengan pencarian dana baru dari investor.
“Banyak investor terutama asing menjauhi perusahaan dengan valuasi tinggi tapi secara profitabilitas rendah, atau model bisnisnya tidak sustain (berkelanjutan),” kata dia. (her/fat)