Surabaya (pilar.id) – Menghadapi dampak cuaca ekstrem yang berpotensi terjadi di beberapa wilayahnya, Pemerintah Provinsi Jawa Timur menugaskan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk memetakan daerah rawan banjir dan longsor.
Hal ini disampaikan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, menanggapi prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda yang menyebutkan jika akan terjadi peningkatan cuaca ekstrem sepanjang 27 Januari 2023 hingga 2 Februari 2023 mendatang.
“Kami telah meminta kepada para Pimpinan Siaga Bencana (Tagana) untuk siap menghadapi kondisi cuaca ekstrim dan kemungkinan bencana di wilayah Jawa Timur,” kata Khofifah.
Mantan Menteri Sosial RI ini juga mengatakan, Pemprov Jatim juga sudah mengambil langkah-langkah pencegahan sebagai antisipasi atas cuaca ekstrim dan kemungkinan bencana hidrometeorologi.
Diantaranya lewat pembentukan Posko Bencana Alam Jawa Timur yang terdiri dari berbagai stakeholder teknis terkait.
Dikatakan pula, Pemprov Jatim telah menyiapkan langkah mitigasi bencana di Daerah Aliran Sungai (DAS), khususnya di Kali Bengawan Solo, Kali Welang Rejoso, Kali Brantas, Kali Madura, Kali Pekalen-Sampean, Kali Bondoyudo Bedadung, dan Kali Baru Bajulmat.
Khofifah menegaskan, sistem peringatan dini sudah dipasang di tujuh DAS yang dapat mendeteksi secara dini kapan sungai akan meluap.
“Sehingga masyarakat setempat dan pemerintah daerah dapat mengambil langkah-langkah untuk mempersiapkan dan menanggulangi bencana,” dia menambahkan.
Gubernur perempuan pertama di Jawa Timur ini juga terus meminta petugas lapangan untuk melakukan patroli, mengaktifkan posko terpadu, memastikan pintu air berfungsi dengan baik dan mengoordinasikan operasi dengan wilayah sekitar. “Semuanya dilakukan demi keselamatan masyarakat Jawa Timur,” tandas Khofifah. (ret/hdl)