Jakarta (pilar.id) – Tak hanya mudik lebaran, arus balik pun menyimpan sejumlah persoalan. Baik volume padatnya kendaraan dan warga yang akan kembali ke kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, arus balik juga memunculkan masalah lain, pendatang baru dari berbagai daerah.
Menurut Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, persoalan ini berangkat dari Kesenjangan Desa Kota atau Rural Urban Migration. Padahal, menurut Emil, dengan adanya digitalisasi, peluang mengembangkan usaha dari desa sejatinya sangat mungkin.
“Kami memiliki Milenial Job Centre yang menjadi program unggulan Pemprov Jatim untuk menjawab tantangan digitalisasi dan fakta bahwa anak muda sekarang tidak lagi kerja jadi karyawan tapi justru mereka kerja freelance sebagai pekerja lepas professional,” ungkapnya dalam sebuah telewicara yang digelar iNews Prime.
Program ini, lanjut dia, dibuat untuk mempertemukan talenta muda dengan klien-klien UMKM atau usaha-usaha yang butuh jasa seperti desain, grafis, dan lain-lain, yang tidak hanya di Surabaya tetapi di Malang, Jember, Pamekasan, atau kota lainnya.
“Tujuannya supaya kita bisa lagi menyebar peluang-peluang ini jangan sampai anak muda ngerasa dimana kita disuruh tetap di desa tapi programnya pemprov di kota melulu,” kata peraih gelar Doktor Ekonomi Pembangunan termuda di Jepang dari Ritsumeikan Asia Pacific University ini.
Emil berharap, melalui forum tersebut Kemendag mendukung keberadaan Bakorwil untuk provinsi yang memiliki jumlah kabupaten dan kota yang besar agar membantu menghadirkan pemprov lebih dekat ke berbagai penjuru.
Di sisi lain, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyampaikan tugas dari pemprov adalah melakukan pemerataan pembangunan. Menurutnya, kondisi yang ada selama ini sangat Jakarta sentris.
“Pasca pandemi kami melihat ada fenomena baru dimana terprediksi tahun ini arus yang datang ke Jakarta justru lebih sedikit dibanding yang arus pulang sehingga tantangan buat Jabar menyediakan lapangan kerja pasca lebaran,” ungkap pria yang akrab dipanggil Kang Emil ini.
Ia menyampaikan jika saat ini sedang membuat konsep tinggal di desa tetapi memiliki rejeki kota. Yaitu petani milenial kemudian satu desa satu bisnis.
“Kami akan terus dorong itu sampai suatu hari tidak ada lagi istilah harus hijrah ke kota karena disparitas desa kotanya perlahan sudah kita perbaiki,” kata Ridwan Kamil.
Sementara Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menilai, akar permasalahan tersebut ada pada distribusi rezeki yang mana kue pembangunannya digeser ke beberapa daerah. Menurutnya ada pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di banyak daerah.
“Memang semua daerah berlomba-lomba untuk membuka investasi baik yang besar atau kecil. Saya jauh lebih tertarik karena sekarang terjadi cara berbisnis yang dari konvensional ke digital. Mereka bisa lakukan dari rumah dan dia tidak peduli lagi dia akan dimana,” jelasnya.
Ganjar mengatakan jika sekarang muncul anak-anak muda keren yang bisa kerja dimanapun. “Tinggal tugas kami melatih mereka memberikan akses permodalan dan mendampingi sampai kemudian dia bisa naik kelas,” tegas Ganjar. (mia/hdl)