Jakarta (pilar.id) – Tertinggal 0-1 dari gol Emiliano Buendia di detik-detik akhir babak pertama, membuat para pemain Everton bermain agresif sejak menit pertama babak kedua. Semangat bertanding para pmein benar-benar terlihat berbeda dengan 45 menit sebelumnya.
Jika Aston Villa bermain dengan pla permainan bola cepat yang bertumpu pada umpan-umpan pendek dan kerja sama tim. Maka para pemain Everton lebih mengandalkan umpan-umpan panjang dari lini belakang langsung ke lini depan.
Di babak kedua ini, para pemain Everton juga lebih ketat ketika kehilangan bola. Mereka menerapkan pressing ketat dan permainan keras ketika para pemain Villa memegang bola. Hasilnya cukup positif.
Di babak kedua, Aston Villa sama sekali tidak mendapatkan kesempatan berarti untuk bisa menambah keunggulan. Bahkan, mereka sama sekali tidak mencatatkan tendangan ke arah lini pertahana Everton.
Sedangkan Everton yang di babak pertama mencatatkan 0 tendangan ke pertahanan Villa, berhasil menciptakan peluang di babak kedua. Tercatat ada 15 tendangan yang berhasil mereka lakukan.
Sayang, dari semua total itu, hanya satu yang mengarah ke gawang. Baik tendangan dari dalam kotak pinalti maupun heading yang dilakukan pemain Everton lebih banyak menyamping dari gawang.
Menanggapi perubahan permainan dari tim asuhan Duncan Ferguson yang bermain lebih spartan. Steven Gerrard pun mengganti beberapa pemain di lini serang dengan pemian yang memiliki karakter lebih bertahan.
Philippe Coutinho yang baru bergabung dengan Villa, digantikan gelandang yagn lebih bertahan Carney Chukwuemeka. Ollie Watkin juga diganti dengan Danny Ings sebagai target man di depan.
Strategi ini terbukti mampu mempersulit Everton untuk bisa menembus pertahanan Villa. Skor akhir pun bertahan 0-1 untuk kemenangan Aston Villa. Berkat hasil ini, Villa berhasil naik ke peringkat tiga peringkat ke posisi 10 dengan torehan 26 poin. Sedangkan Everton masih tetap berada di posisi 16. Semakin mendekat dengan jurang degradasi. (fat)