Jakarta (pilar.id) – Sensitifitas rupiah kembali diuji pasca Gubernur The Fed Jerome Powell menegaskan akan memerangi inflasi. Akibatnya, nilai tukar yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Kamis (30/6/2022) pagi kembali melemah 14 poin atau 0,1 persen ke posisi Rp14.867 per Dolar AS dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya.
Rabu (29/6/2022) malam, rupiah ditutup melemah 22 poin atau 0,15 persen di posisi Rp 14.853 per Dollar AS dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelumnya, Rp 14.831 per Dolar AS.
“Nilai tukar rupiah masih berpotensi melemah hari ini terhadap dolar AS karena sentimen The Fed dan resesi,” kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis (30/6/2022).
Saat Powell menegaskan komitmennya untuk memerangi inflasi, kata Ariston, The Fed tidak ragu untuk merilis kebijakan pengetatan yang lebih agresif ke depannya.
Saat itu Dolar AS langsung menguat terhadap nilai tukar lainnya. Bahkan Kamis pagi, indeks Dollar AS sudah bergerak di kisaran 105 setelah sebelumnya di kisaran 103-104.
Sementara itu, isu resesi masih menjadi pembicaraan pelaku pasar. Dengan tingkat inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga acuan bank sentral global, permintaan bisa menurun dan menekan pertumbuhan ekonomi.
“Isu ini juga akan menekan harga aset berisiko,” kata Ariston. Ia pun memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak melemah ke arah Rp14.900 per dolar AS dengan potensi support di level Rp14.830 per Dollar AS. (hdl/ant)