Jakarta (pilar.id) – Dalam beberapa hari terakhir, nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah. Pelemahan rupiah terhadap dolar AS tersebut disebabkan oleh faktor eksternal, bukan internal.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB Universitas Indonesia (UI), Teuku Riefky menjelaskan, anjloknya nilai rupiah dalam beberapa hari terakhir disebabkan oleh faktor eksternal, bukan dari kondisi domestik.
Karena sejauh ini, kondisi domestik di Indonesia cukup aman jika dilihat dari fundamental ekonominya. Pertumbuhan ekonomi yang bagus, lalu konsumsi domestik yang cukup kuat, serta investasi yang terus tumbuh.
“Tapi memang ini (pelemahan rupiah) disebabkan oleh faktor luar negeri yakni dengan pengetatan kebijakan moneter oleh The Fed,” kata Riefky kepada Pilar.id, Selasa (17/5/2022).
Dia mengatakan, pelemahan mata uang terhadap dolar AS tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi terjadi di berbagai negara lain, terutama negara berkembang. Negara berkembang saat ini terjadi capital outflow yang cukup masif volumenya.
Alhasil, hal itu membuat mata uang negara-negara berkembang mengalami pelemahan atau depresiasi paling tidak dalam waktu sepekan belakangan. “Jadi inilah faktor yang menyebabkan rupiah terdepresiasi di beberapa waktu terakhir,” kata dia.
Kendati demikian, Riefky memandang, tampaknya faktor eksternal tersebut sudah mulai berhenti. Ia memprediksi, rupiah akan kembali menguat lagi di pekan ini.
“Dan untuk angkanya kita masih mengestimasi kira-kira rupiah akan bergerak di kisaran Rp14.550 per hari ini,” ujarnya.
Pada perdagangan hari ini, rupiah spot dibuka menguat atau bergerak ke level Rp14.632 per dolar AS. Rupiah pagi ini menguat 0,44 persen dari penutupan perdagangan Senin (16/5/2022) di level Rp14.697 per dolar AS. (her/din)