Jakarta (pilar.id) – Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan dan bergerak ke arah Rp14.900 per dolar Amerika Serikat (AS). Chief Economist Permata Bank Josua Pardede mengatakan, sepanjang bulan Juni, rupiah memang cenderung mengalami pelemahan, dan bergerak di kisaran Rp14.450-14.870.
“Di awal bulan, rupiah cenderung bergerak sideways, namun rupiah terdepresiasi cukup signifikan pasca rilis data inflasi AS yang meningkat melebihi perkiraan rupiah terdepresiasi cukup signifikan pasca rilis data inflasi AS yang meningkat melebihi perkiraan,” tutur Josua kepada Pilar.id, di Jakarta, Kamis (30/6/2022).
Rupiah, lanjut Josua, kemudian melanjutkan pelemahannya pasca bank sentral AS The Fed menaikan suku bunganya hingga 75bps. Kenaikan suku bunga tersebut merupakan yang tertinggi, sejak era 1990-an.
‘Sentimen tersebut masih bertahan hingga akhir bulan, yang menyebabkan Rupiah bergerak pada range 14.800-14.900 hingga saat ini,” kata Josua.
Lalu sampai kapan, nilai tukar akan terdepresiasi?
Josua memperkirakan, di bulan Juli 2022, sejalan dengan inflasi umum pada bulan Juni 2022 yang diperkirakan menyentuh 4%, Bank Indonesia (BI) diproyeksikan mulai mempertimbangkan untuk menaikan suku bunga acuannya pada 3Q22. Ekspektasi tersebut diperkirakan mampu membatasi pelemahan Rupiah.
Namun, di sisi lain, apresiasi rupiah diperkirakan terbatas oleh penguatan sentimen risk-off akibat kekhawatiran resesi global, mengingat bank sentral negara maju cenderung agresif dalam meredam tekanan inflasi. “Rupiah diperkirakan bergerak di kisaran 14.750-14.925 di bulan Juli mendatang,” tutup Josua. (din/Antara)