Jakarta (pilar.id) – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga di tengah tren menguatnya dolar Amerika Serikat (AS). Namun, nilai tukar rupiah sampai dengan 31 Oktober 2022 terdepresiasi hingga 8,62 persen year to date (ytd).
“Hal ini masih relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi berbagai mata uang sejumlah negara berkembang lainnya,” kata Sri Mulyani, di Jakarta, Kamis (3/11/2022).
Sri Mulyani menyebut, negara-negara berkembang lain mengalami tekanan cukup tinggi. Seperti, India yang mengalami depresiasi sebesar 10,20 persen, Malaysia (11,86 persen), dan Thailand (12,23 persen).
“Hal ini juga konsisten dengan persepsi terhadap prospek perekonomian Indonesia yang masih tetap positif,” kata Sri Mulyani.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menambahkan, tren depresiasi nilai tukar negara berkembang tersebut didorong oleh menguatnya Dolar AS. Hal itu sebagai akibat dari kebijakan moneter yang diadopsi Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed).
“Juga akibat meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global akibat pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif di berbagai negara, terutama AS,” tandas dia.
Rupiah bergerak di kisaran level Rp15.600 per dolar AS pada perdagangan Kamis, 3 November 2022. Sentimen global dinilai menjadi faktor pelemahan rupiah terhadap dolar AS. (ach/hdl)