Jakarta (pilar.id) – Namanya April, perempuan muda berusia 23 tahunj asal Bogor, Jawa Barat. Ia adalah perwakilan Indonesia dalam Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim atau COP 28 di Dubai, Uni Emirat Arab.
Dengan caranya, April menyuarakan pentingnya pendanaan untuk gerakan komunitas kaum muda dalam aksi perubahan iklim, menekankan perlunya dukungan finansial dan sumber daya untuk aksi-aksi yang diinisiasi oleh generasi muda.
Dalam konferensi ini, April aktif berbicara dalam beberapa forum, termasuk sesi lokakarya bertajuk COP28 Children & Youth Pavilion Event.
Pada kesempatan tersebut, April membahas kekuatan transformatif pendidikan di tengah krisis iklim dan mengajak untuk menjelajahi solusi efektif dalam mendukung pembelajaran di masa krisis.
April, yang terpilih sebagai anggota Global Youth Panel atau Panelis Muda Global Plan International, berbicara dalam Paviliun Indonesia COP28 UNFCCC.
Dalam sesi bertajuk ‘Melawan Perubahan Iklim Melalui Aksi Perubahan Iklim Berbasis Masyarakat’, April menyoroti pentingnya partisipasi aktif kaum muda dalam pencapaian target global dan pencegahan peningkatan suhu global.
“Saya ingin mendorong pemerintah agar lebih transparan terkait pendanaan aksi perubahan iklim dan mendukung kaum muda baik secara sumber daya manusia maupun materi. Kita perlu kebijakan yang mendukung pendanaan aksi komunitas kaum muda, termasuk melalui dana hibah untuk isu krisis iklim,” ujar April.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Alue Dohong, mengapresiasi peran April dalam COP28 dan menegaskan pentingnya kontribusi kaum muda dalam upaya penanganan krisis iklim di Indonesia.
“Kaum muda menjadi penting bagi Indonesia dalam mencapai target pengendalian iklim. Mereka adalah pemimpin dan pewaris masa depan Indonesia,” ujar Alue Dohong.
COP28, forum tahunan PBB mengenai isu-isu iklim, merupakan platform untuk para pemimpin dunia merundingkan strategi dan langkah-langkah konkret dalam membatasi dampak perubahan iklim.
Konferensi ini dihadiri oleh lebih dari 140 pemimpin dunia dan pejabat senior pemerintah, dengan Indonesia mengirimkan 600 delegasi. Total peserta diperkirakan mencapai 70 ribu, termasuk 5 ribu pekerja media. (ipl/hdl)