Jakarta (pilar.id) – Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU), Hasyim Asy’ari, menyampaikan harapannya melalui film drama komedi berjudul Kejarlah Janji. Ia mengatakan, film ini tidak hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga diharapkan menjadi pedoman dalam menghadapi Pemilu dan Pilkada tahun 2024 di Indonesia yang berlandaskan semangat Bhinneka Tunggal Ika.
Pasal 12 huruf j dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum mengamanatkan KPU untuk menyosialisasikan penyelenggaraan pemilu kepada masyarakat.
Untuk mencapai hal ini, KPU perlu mengembangkan strategi sosialisasi yang efektif dan mampu merubah perilaku pemilih. Salah satu strategi yang diadopsi adalah pembuatan film cerita layar lebar.
Film adalah media massa yang menggabungkan elemen visual dan audio, sehingga sangat efektif dalam menyampaikan pesan, cerita, dan emosi.
Melalui film Kejarlah Janji, KPU berharap dapat membangun kesadaran bersama untuk menjadikan pemilu sebagai sarana integrasi bangsa, mengajak pemilih menggunakan hak pilihnya dengan bijak, melawan politik uang, politik identitas, dan SARA, serta membangun sikap toleransi.
Sinopsis Kejarlah Janji
Film ini berkisah tentang Pertiwi (Cut Mini), seorang ibu mandiri yang mencari identitas diri sambil menghidupi tiga anaknya, yaitu Sekar (Shenina Cinnamon), Adam (Bima Zeno), dan Isham (Thomas Rian).
Mereka dihadapkan pada berbagai masalah seputar identitas diri dan balas dendam terkait kekalahan ayah mereka dalam Pilkades.
Kisah ini berpadu dengan elemen drama dan komedi yang kental, terutama ketika anak-anak Pertiwi menemukan misteri cinta ibu mereka yang ingin menikah lagi di tengah hiruk-pikuk Pilkades di desa mereka yang dipimpin oleh seorang lurah karismatik, Janji Upaya (Ibnu Jamil).
Garin Nugroho, sutradara film Kejarlah Janji, menekankan bahwa film memiliki potensi besar dalam memengaruhi opini, sikap, dan perilaku penontonnya. Dengan menggambarkan situasi, karakter, dan konflik tertentu, film dapat memicu diskusi sosial, perubahan budaya, atau pengaruh politik.
Film Kejarlah Janji diharapkan dapat menjadi sarana pendidikan sipil yang langka di tengah kompleksitas pemilu di era media sosial.
Film ini akan tayang di berbagai bioskop di Indonesia dan akan disiarkan di ruang-ruang publik serta layar tancap di berbagai daerah, sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat luas, terutama mereka yang akan menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2024. (hdl)