Jakarta (pilar.id) – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta mengingatkan, sebagai kelompok mayoritas umat Islam jangan hanya mau menjadi pendorong mobil mogok dalam konteks berpolitik secara nasional. Setelah mesin mobilnya bergerak, umat Islam akan ditinggalkan begitu saja.
“Peran umat Islam belum dioptimalkan secara penuh, seperti hanya dibutuhkan sebagai pendorong mobil mogok, setelah jalan, lalu ditinggalkan,” kata Anis dalam acara Gelora Talk bertema Politik Dorong Mobil Mogok yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube Partai Gelora, di Jakarta, Kamis (7/7/2022).
Menurut Anis, sudah saatnya umat Islam mengubah aksi kerumunan selama ini menjadi sebuah kekuatan dan mampu menciptakan perubahan besar dalam peta politik nasional. Selain itu, umat Islam perlu mengajukan visi baru masa depan Indonesia.
“Umat Islam besar, namun kesejahteraan minim, dan dalam berdemokrasi juga tidak mengalami perubahan,” katanya.
Potensi umat Islam begitu besar dalam mewarnai hajatan politik, termasuk dalam Pemilu 2024 mendatang. Umat muslim, lanjut Anis, harus mengambil alih atau berperan lebih besar dalam kepemimpinan. “Jangan yang terjadi malah seperti minoritas, atau tukang tepuk tangan saja,” kata Anis.
Senada, Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Sunanto atau yang akrab disapa Cak Nanto menilai, umat Islam sekarang tidak memiliki gagasan besar dan visi kebangsaan. Sehingga setiap kelompok tidak mencapai titik temu, termasuk dalam hal perjuangan visi politik.
“Jadi kalau menurut saya, tidak hanya sebagai pendorong mobil mogok saja, tapi ini mobilnya juga rusak berantakan, karena setiap kelompok tidak memiliki titik temu,” kata Sunanto.
Namun, menurut Cak Nanto, yang paling penting saat ini adalah membangun kerukunan, persatuan, dan kesatuan. Masyarakat tidak bisa lagi hanya sekadar teriak-teriak, tapi tak bisa mempengaruhi kebijakan.
Umat Islam harus terus membangun kesadaran berpolitik dengan gagasan-gagasan yang berbeda dalam satu nilai kebangsaan, sehingga dapat mempengaruhi berbagai kebijakan pemerintah.
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) Raihan Ariatama menambahkan, umat Islam harus memiliki visi besar, tidak hanya untuk kepentingan Pemilu 2014 saja, tapi juga Indonesia Emas 2045. “Kita tidak bisa lagi tonjolkan politik identitas, karena hanya menyebabkan polarisasi. Hari ini, umat Islam harus memiliki visi besar hingga tahun 2045,” katanya. (ach/fat)