Jakarta (pilar.id) – Hari Suci Nyepi jadi momentum istimewa bagi umat Hindu. Karena Nyepi merupakan bentuk permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk menyucikan Bhuana Alit atau alam manusia, dan Bhuana Agung atau alam semesta.
Menurut Ketua Presidium Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI), I Putu Yoga Saputra, istilah Nyepi sendiri berasal dari kata sepi atau sunyi. Pada saat Hari Suci Nyepi, masyarakat Hindu tidak akan beraktivitas dan menyepi di rumah masing-masing.
“Dalam hal ini, Hari Suci Nyepi juga menjadi kesempatan untuk mengevaluasi diri dari hal-hal yang telah berlalu agar menjadi pribadi individu yang lebih baik lagi,” jelasnya pada pilar.id, Rabu (2/3/2022).
Menyambut Hari Suci Nyepi Tahun Baru Caka 1944 yang jatuh pada 3 Maret 2022, Yoga mengajak umat, khususnya mahasiswa Hindu di Indonesia, untuk memaknai Nyepi sebagai refleksi atas segala problem-problem fundamental umat Hindu yang masih dijumpai saat ini.
“Banyak sekali persoalan yang dihadapi oleh Hindu hari ini seperti, minimnya tenaga pengajar Agama Hindu di pelosok, juga pemahaman dan pengamalan ajaran-ajaran Hindu dalam keseharian,” jelasnya.
Hal ini tentu menjadi PR di internal umat Hindu untuk melakukan refleksi dan konsolidasi agar bisa menghadirkan tenaga pengajar agama Hindu yang lebih merata di daerah-daerah agar hak siswa-siswa Hindu mengakses pendidikan agama bisa terpenuhi.
Mahasiswa S2 Universitas Nasional Jakarta ini juga menyoroti persoalan politik identitas yang sering dijumpai oleh umat Hindu.
Menurutnya, kehadiran politik identitas dalam bentuk penistaan agama sama saja memojokkan keyakinan umat Hindu itu sendiri.
“Persoalan ini juga dapat kita jadikan momentum untuk refleksi diri sebagai umat Hindu dan ke depannya dapat memperkokoh pondasi kita dalam beragama Hindu,” tegasnya.
Yoga pun menyoal persoalan ekonomi umat yang masih belum optimal dengan baik. “Kita harus sadari bersama bahwa salah satu persoalan fundamental umat Hindu hari ini adalah soal ekonomi dan ketahanan umat di tengah persaingan yang tidak memiliki batas,” kata Yoga.
Di luar itu, kata Yoga lagi, masih banyak umat Hindu di daerah yang cenderung tidak memiliki ketahanan ekonomi yang kemudian berdampak pada kemampuan umat dalam mengakses pendidikan.
“Tentu ini menjadi perhatian kita bersama, lembaga-lembaga Hindu untuk fokus pada penguatan ekonomi umat,” tandas Yoga.
Di banyak daerah yang didiami oleh umat Hindu, imbuhnya, tidak memiliki lembaga pendidikan Hindu berbasis formal dalam ini pasraman.
Padahal, menurutnya pasraman memiliki peran dan fungsi yang sangat penting bagi umat Hindu, tidak hanya sekadar menjalankan aktivitas pendidikan agama, melain juga aktivitas kreatif dan inovatif lainnya yang dapat menunjang kemampuan umat Hindu dalam merespon tantangan kedepan.
Yoga menyadari, bahwa segala persoalan tersebut bukanlah persoalan yang sederhana yang bisa diselesaikan oleh beberapa kelompok saja. Melainkan butuh persatuan dan persamaan visi di seluruh umat Hindu agar dapat bahu membahu, gotong royong guna menyelesaikan berbagai persoalan yang telah dipaparkan sebelumnya.
Karena itu, lanjut Yoga, perayaan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Caka 1944 merupakan momentum emas untuk umat Hindu memulai kembali lembaran baru.
“KMHDI memandang sangat penting memaknai Hari Suci Nyepi kali ini sebagai momentum untuk kembali menyusun langkah-langkah baru pada sebuah lembaran baru ini untuk membangun kembali persatuan umat agar dapat menyelesaikan pelbagai persoalan umat Hindu di Indonesia,” pungkasnya. (hdl)