Jakarta (pilar.id) – Jelang pergantian Tahun Baru Caka, Umat Hindu di dunia akan menjalani beberapa tahap penting yang dikenal sebagai Catur Brata Nyepi.
“Empat tahap yang dilakukan dalam Catur Brata Nyepi merupakan cara beribadah atau bentuk permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk menyucikan Bhuana Alit dan Bhuana Agung,” jelas Ketua Presidium Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) I Putu Yoga Saputra, Rabu (2/3/2022).
Pada pilar.id, mahasiswa S-2 Universitas Nasional Jakarta ini menjelaskan, Amati Geni adalah pantangan di Hari Raya Nyepi untuk tidak menyalakan api dan listrik.
“Pantangan ini dilakukan selama 24 jam, dari matahari terbit hingga matahari kembali terbit. Tapi ada juga yang melakukan berdasar jam, dari pukul 00.00 WIB hingga pukul 00.00 WIB hari berikutnya,” jelas Yoga.
Berikutnya adalah Amati Karya. Dalam tahap ini, Umat Hindu akan berhenti melakukan aktivitas, kegiatan, atau bekerja dalam bentuk apapun.
“Kita akan melakukan tahap introspeksi diri atas semua tindakan di masa lalu,” jelas Yoga.
Berikutnya adalah Amati Lelungan atau tidak melakukan kegiatan bepergian selama Hari Raya Nyepi berlangsung. Sementara Amati Lelanguan, dimaknai sebagai larangan untuk bersenang-senang.
“Kita menahan diri untuk meninggalkan segala bentuk kesenangan duniawi agar fokus beribadah,” kata Yoga.
Dengan Catur Brata Nyepi, Umat Hindu ingin melakukan refleksi diri di rumah. “Ini relevan dengan situasi pandemi. Di rumah saja. Tapi esensinya adalah momen introspeksi, menahan diri,” pungkasnya. (hdl)