Palu (pilar.id) – 29 Maret 1977. Bagi sebagian orang yang pernah hidup di masa itu, mungkin masih ingat dengan jelas tragedi yang pernah terjadi. Tidak hanya bagi masyarakat Sulawesi Tengah, tetapi juga masyarakat Indonesia. Sebab, tragedi ini mendapatkan liputan luas dari berbagai media.
Pasalnya di tanggal ini, 29 Maret, 45 tahun lalu, sebuah pesawat Merpati Nusantara Airlines jatuh dari ketinggian 2.135 meter menuju kawasan Gunung Tinombala. Operasi SAR untuk melakukan evakuasi di Gunung Timombala, tercatat sebagai operasi SAR terbesar di Indonesia kala itu.
Untuk mengenang tragedi tersebut, Komunitas Historia Sulawesi Tengah menggelar pameran arsip dan foto di Gedung Bantaya Siralangi, Palu, Selasa (29/3/2022).
“Pameran foto ini merupakan kegiatan pertama yang digelar oleh komunitas Historia Sulteng untuk mengenang tragedi Gunung Tinombala,” jelas koordinator kegiatan dari Komunitas Historia Sulteng Slamat Anugrah.
Selain memajang 100 foto dan arsip kecelakaan pesawat Twin Otter milik maskapai penerbangan Merpati Nusantara Airlines, Komunitas Historia Sulteng juga menggelar diskusi buku peristiwa Gunung Tinombala dan pemutaran film Operasi Tinombala tahun 1977.
“Semua foto-foto ini kami peroleh dari Kak Erik Tamalagi dan lainnya dari buku peristiwa Gunung Tinombala. Sedangkan film kami beli tahun 2018 dan baru dua kali kami putar,” jelasnya.
Tidak hanya itu, pameran foto perdana ini juga menghadirkan korban kecelakaan pesawat yang selamat. Pengunjung diberikan kesempatan untuk mendengar langsung kesaksian korban.
“Kegiatan ini kami gelar selama dua hari sejak tanggal 28 Maret sampai dengan 29 Maret,” tuturnya.
Menurut Slamat kegiatan ini memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang sejarah yang ada di Sulawesi Tengah.
“Mungkin mereka tahu soal tragedi Gunung Tinombala ini tetapi mereka belum pernah melihat foto-fotonya langsung bahkan filmnya atau dengar langsung kesaksian korban,” terangnya.
Pameran foto dan arsip mengenang tragedi Tinombala ini diselenggarakan bersama komunitas sejarah lain di Sulawesi Tengah yakni Pue Nggari Center dan Kaili Nusantara Production.
“Ke depan akan ada kegiatan begini lagi karena ini memberikan pengetahuan juga ke masyarakat,” demikian kata Slamat. (fat/antara)