Surabaya (pilar.id) – Surabaya, kota yang tak pernah senyap ini memiliki berbagai aktivitas, baik aktivitas rutintas, seperti bekerja ataupun bersekolah dan non formal, seperti mengikuti les atau komunitas yang sesuai hobi dan minat. Maka itu, munculah berbagai komunitas dengan berbagai keunikan dalam programnya.
Seperti Le Tricoteur, komunitas merajut Surabaya, yang berdiri sejak Maret 2016 lalu, berawal dari pertanyaan beberapa pengunjung apakah ada komunitasnya untuk merajut ketika bazar barang-barang rajut buatan pendiri komunitas ini, yaitu Novy Alfeeya dan rekannya Yosy Natalya. Atas pertanyaan itulah, maka timbullah niat untuk mendirikan komunitas rajut Surabaya yang sampai saat ini masih bertahan.
Berdasar cerita Novy, komunitas merajut di Surabaya memang sudah ada, namun komunitas tersebut tak aktif lagi. Kondisi itulah yang membuat ia bersama rekannya membentuk komunitas merajut Surabaya yang baru. Kini anggota Le Tricoteur berjumlah sekitar 25 anggota aktif yang rata-rata adalah ibu-ibu muda.
Syarat utama untuk bisa mengikuti komunitas ini ialah harus bisa merajut dan membawa sendiri alat merajutnya. Namun bagi yang belum bisa, komunitas ini juga mengadakan workshop pada waktu tertentu kepada teman-teman yang belum bisa merajut.
Selain acara workshop, Le Tricoteur juga kerap mengadakan pertemuan internal sebulan sekali, bertujuan untuk saling berbagi, bercerita dan membuat suatu proyek . Walau sampai saat ini belum memiliki tempat atau basecamp sendiri.
Meski begitu, komunitas ini memiliki proyek social dengan menggandeng organisasi Knitted Knockers Indonesia yaitu organisasi peduli para pengidap kanker payudara, dengan merajut nockers atau pengganti silicon yang banyak digunakan sebagai penyokong payudara untuk para survive secara gratis, sebulan sekali.
Tak hanya itu, Le Tricoteur juga bekerja sama dengan rumah sakit Dharmais sebagai pusat perawatan kanker di Jakarta Barat, untuk membagikan hasil rajutan seperti syal dan topi buatan mereka bagi pengidap kanker tiap tahunnya secara percuma, hingga mendatangi panti asuhan untuk mengenalkan dan mengajarkan merajut ke pada adek-adek.
“ Kita kadang ngajarin mereka membuat barang-barang kecil dulu, sepeti gelang atau kalung,” jelasnya
Adanya kegiatan sosial ini, Novy berharap mampu memberikan dampak positif terhadap orang lain dengan mengikuti komunitasnya
“Kita di sini tak hanya menyalurkan hobby dengan membuat rajutan dan akhirnya di jual sendiri dan untung-untung sendiri, namun menginginkan hasil kegaiatan komunitas merajut ini berkelanjutan dan memberi dampak bagi orang lain,” paparnya.
Tak hanya itu, Novy juga berharap komunitas ini bisa tetap terjaga kekeluargaannya, mengadakan kegiatan yang menarik, semangatnya tetap terjaga, solid dan “Jangan berhenti membantu sesama melalui karya dalam sebuah rajutan,” tutupnya. (jel)