Jakarta (pilar.id) – Tingkat inflasi Turki mencapai 78,6 persen pada Juni 2022. Tingginya inflasi di Turki tersebut dipicu oleh lonjakan harga makanan dan minuman, serta transportasi. Salah satu akibatnya, mata uang Lira di Turki pun melemah.
Bahkan saat ini, satu Lita hanya setara dengan Rp1000. Namun uniknya, kondisi ini justru membuat para wisatawan mancanegara berbondong-bondong datang ke Negara tersebut. Mereka datang ke Turki untuk tujuan berbelanja.
Salah seorang warga negara Indonesia (WNI) Quindhira Izzanina yang sedang berada di Turki selama sepekan ini menceritakan, dengan menggunakan kurs rupiah saat ini memang ada beberapa bahan pangan yang terlihat mahal. Namun, ada juga yang terlihat lebih murah dibandingkan di Indonesia.
“Telur 10 biji, 1 kilogram kurang sedikit 20 lira (Rp20 ribu), beras 11-13 lira, bawang di sini murah banget 2 biji Rp1000, bawang putih 1 kantong isi 5 harganya Rp8 ribu,” kata Quindhira ketika dihubungi Pilar.id, Selasa (5/7/2022).
Selama di Turki, Quindhira juga sempat ke money changer untuk menukarkan mata uang dolarnya. Saat hari pertama (30/6/2022) tiba di Turki, ia menukarkan uang sebesar USD100, dan mendapatkan 1500 lira atau Rp1,5 juta. Kemudian pada hari ke-5, Quindhira kembali menukarkan USD100 dan mendapatkan 1600 lira atau terjadi kenaikan 100 lira dalam 5 hari.
“Selisihnya 100 lira, atau setara Rp100 ribu,” kata dia.
Dari beberapa toko pakaian, lanjut Quindhira, terdapat banyak antrian turis asing memborong baju-baju branded yang dijual dengan harga murah. Menariknya, toko-toko di Turki memberikan 2 macam harga.
“Misal dress, ada harga satunya lebih mahal dan satunya murah. Selisihnya 15 persen,” kata dia.
Rupanya, pemberlakuan 2 harga tersebut merupakan strategi toko lokal untuk mendorong masyarakat atau turis menggunakan mata uang lira. Harga yang lebih murah diberlakukan bagi pelanggan yang menggunakan uang cash sebagai alat tukar. Sedangkan pengunjung yang menggunakan kartu debit atau kredit akan dikenakan harga yang lebih mahal.
“Ini strategi dari toko asli Turki, untuk menstimulus masyarakat menggunakan mata uang lira,” kata Quindhira.
Selain itu, lanjut Quindhira, saat ini, Turki juga sedang menggelar diskon tengah tahun. Banyak barang branded yang dijual dengan harga separuh harga.
“Kemarin itu sampai pada berserakan, hanger ketendang-tendang, antrian kasir juga mengular,” kata dia. (ach/fat)