Pontianak (pilar.id) – Dalam tata kelola sawit tidak terlepas dari peran pemerintah dalam membuat regulasi yang mendukung terciptanya iklim investasi yang kondusif.
Ketum Gapki Kalbar, Purwati Munawir, menjelaskan bahwa Gapki Kalbar baru saja menggelar rapat kerja cabang dalam upaya mereview capaian program kerja tahun 2021 dan merumuskan rencana kerja tahun 2022.
“Gapki Kalbar memandang perlu mengkomunikasikan kondisi sawit secara nasional maupun di Kalbar kepada para pihak terkait. Termasuk kepada media,” ungkapnya saat buka bersama Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kalbar dengan media bertemakan “Tebar Kebahagian dengan Silaturahmi untuk Meraih Berkah Ramadhan”
Dijelaskannya saat ini capaian luas Sawit di Kalbar berdasarkan data Dinas Perkebunan pada 2020 ) sudah menembus angka 1,9 juta ha.
Kalau dikelompokkan berdasarkan status pengelolaannya maka sekitar 1,52 persen dikelola oleh perusahaan perkebunan besar negara.
Lalu 61,39 persen dikelola oleh perusahaan swasta dan yang dikelola oleh masyarakat baik sebagai kebun mandiri, kebun plasma/mitra sekitar 37,09 persen atau sekitar 700 ribu ha.
Untuk informasi saat ini capaian produktivitas sawit baru sekitar 2,7 ton per hektare.
“Jika dibandingkan dengan luas wilayah Kalbar sekitar 14,7 juta Ha, maka luas Sawit yang sekitar 1,9 juta tersebut hanya sekitar 13 persen dan jika dibandingkan dengan luas areal yang dialokasikan untuk budidaya (APL) sekitar 6,42 juta Ha maka porsi perkebunan sawit hanya 29,6 persen,” paparnya.
Sementara itu produk olahan yang dihasilkan masih terbatas dalam bentuk CPO, yang diolah dari pabrik PKS sebanyak 116 unit tersebar di sentra produksi sawit di Kalbar.
“Namun di tengah pandemi yang kita alami sekitar 3 tahun. Ternyata pengelolaan sawit mampu bertahan dan justru mampu menunjukkan nilai jual yang menggembirakan dengan capaian harga tertinggi sepanjang tahun 2021 pada angka 14.100 per kg CPO,” ungkapnya lebih lanjut.
Selain itu peran kelompok masyarakat yang peduli sawit dan yang tidak kalah penting adalah peran media dalam menyuarakan sawit berkelanjutan.
Terutama dalam upaya mengedukasi publik dengan menyajikan potret sawit di lapangan secara objektif.
“Maka belajar dari pasang surut pengelolaan sawit di Kalbar maka kami berkesimpulan Gapki Kalbar memerlukan sinergi dari banyak pihak termasuk membangun sinergi dengan media untuk mewujudkan sawit berkelanjutan sebagai komoditas strategis,” urainya. (dinaprihatini)