Surabaya (pilar.id) – Menjadi mahasiswa adalah kesempatan seseorang untuk mengembangkan bakat atau menemukan keahlian lainnya. Hal itulah yang diyakini oleh Arief Rachman Hakim, Varent Nindy Oktaviani Rusmarlina dan Nuri Fathriya Mardlatillah.
Tiga mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang tergabung di Himpunan Jurusan (Himajur) ini, rutin mencari perlombaan yang berkaitan dengan jurusannya di Universitas Negeri Surabaya (UNESA).
Hingga berhasil menjadi juara pertama di salah satu kompetisi yang diikuti, yaitu pada Internasional Mathematical Modelling Competition (MMC) 2022 yang diselenggarakan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB)
“Tim kami cari-cari info, biasanya cari-cari lomba yang teori-teori, seperti sekadar mengerjakan soal dengan rumus matematika, tetapi kebetulan menemukan lomba matematika modelling, kami rasa unik dan akan seru kalau kita ikut,” ceritanya.
Lebih rinci, Arief nama panggilannya ini menjelaskan, jika kompetisi matematika modelling ini peserta di berikan sebuah studi kasus, lalu penyelesainnya dijabarkan dengan bahasa matematika, mulai dari metode hingga mencari solusinya.
“Pada lomba ini kita diberi kasus Diabetes dengan Covid-19, jadi kita modelkan dinamika populasi orang yang terkena diabetes dan covid-19. Jadi kita modelkan pakai rumus matematika, hingga kita cari solusinya juga,” jelas mahasiswa jurusan Matematika ini.
Arief menyampaikan ada tantangan tersendiri dalam mengikuti perlombaan, karena berbeda dari kompetisi yang selama ini timnya ikuti, seperti modelling terdapat beberapa pakem. Jika ingin memodelkan suatu masalah berdasarkan penelitian orang lain, tetapi timnya harus memodifikasi modelnya, agar sesuai dengan masalah yang diberikan.
“Tantangannya mencari model yang paling baik dan kita bikin skenario yang pas, serta mencari solusinya agar bisa menurunkan angka kematian dari Covid-19 diabetes. Tantangan lainnya karena kita masih kuliah, mengatur waktunya cukup susah. Ketika diumumkan lulus grand final, kita buat infografis dan juga presentasi dalam bahasa inggris,” jabarnya.
Ia menyebut, jika awal pendaftaran dimulai pada bulan Februari dengan 8 tim yang terpilih dan diberi studi kasus yang berbeda tiap timnya, lalu diberi waktu satu minggu dalam mencari model, skenario dan solusi pada masalah tersebut, hingga dua minggu diumumkanlah 3 tim yang masuk ke Grand Final
“Tim saya dapat yang diabetes covid-19, tim lain ada yang dapat prediksi keuangan atau finansial dan lainnya. Setelah diumumkan tim yang masuk grand final, kita diberi waktu seminggu lagi untuk menyiapkan file presentasi dan infografis. Hingga akhirnya tim kita berhasil menjadi juara pertama,” ucap mahasiswa semester 8 ini.
Kedepan, Arief serta kedua temannya berharap model yang sudah dibuat mereka tersebut, bisa diperbaiki dan dikembangkan lagi modelnya, agar menyesuaikan dengan keadaan yang ada.
“Kalau bisa upload sampai ke jurnal-jurnal agar bisa dipakai oleh orang banyak juga, serta untuk mahasiswa yang ikut Himajur kedepannya, bisa berani ikut lomba-lomba tahun depan dan jangan takut mencoba hal baru,” harapnya. (jel/fat)