Jakarta (pilar.id) – Kelangkaan minyak goreng di berbagai daerah di Indonesia terus berlanjut. Di Kabupaten Tulungagung misalnya, minyak goreng tidak bisa ditemukan bukan hanya di pasar tradisional, toko kelontong, tetapi juga di gerai toko-toko modern berjejaring.
Padahal, toko-toko modern ini dinilai sebagai pelaksana dari kebijakan minyak goreng satu harga. Buktinya, di rak yang biasanya diisi oleh minyak goreng, tidak juga ada produk yang dipajang.
“Nyatanya tiap kali mau beli minyak goreng di toko-toko modern itu selalu kosong. Kalaupun sempat ada pasokan, tapi jika cuma satu-dua dus isi tiga atau maksimal lima kemasan, ya tentu akan habis dibeli orang yang sudah mengantri pertama,” keluh Winna, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di perumahan Kota Tulungagung, Sabtu (18/2/2022).
Apa yang dirasakan Winna juga menjadi keluh-kesah ibu-ibu rumah tangga yang lain. Kalaupun saat ini mereka masih dapat minyak goreng, harganya sudah melambung tinggi.
Dari harusnya maksimal Rp14 ribu per liter sesuai harga eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah, harga minyak goreng malah naik hingga di atas Rp22 ribu per liter.
Akibatnya, beban belanja harian mereka membengkak. “Begini ini kalau dibiarkan kami bisa bangkrut. Sudah pendapatan menurun dampak pandemi, harga sembako dan kebutuhan dapur malah naik-naik terus,” keluh Fatimah, ibu rumah tangga yang lain.
Ironisnya, kondisi itu merata. Pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tulungagung berdalih minyak goreng langka akibat ada oknum yang melakukan penimbunan untuk kepentingan pribadi ataupun motif ekonomi.
“Anehnya, di saat bahan baku minyak goreng langka seperti saat ini, di media sosial justru muncul pedagang minyak goreng dadakan. Padahal di pasaran lo saat ini langka. Mereka ini mengaku mempunyai stok minyak goreng banyak dan siap jual secara daring dengan harga Rp18 ribu hingga Rp21 ribu per liter,” kata Fattah, tokoh muda NU di Tulungagung.
Fattah mengaku curiga ada yang tidak beres dengan situasi kelangkaan ini. Jika terbukti benar telah dilakukan penimbunan oleh oknum pedagang atau warga, ia berharap polisi bersama Satgas Pangan Kabupaten Tulungagung bertindak cepat.
Kapolres Tulungagung, AKBP Handono Subiakto mengatakan, kasus ini akan menjadi atensinya selama menjabat di Kabupaten Tulungagung.
“Kami cek dulu kendalanya dimana, sumbatan distribusi dimana,” katanya.
Jika terbukti ada penimbunan atau permainan, maka pihaknya tak segan menindak pedagang nakal tersebut. “Kalau itu ada indikasi penimbunan, pelanggaran hukum kita tindak,” tandas Handono. (lin/fat/antara)