Yogyakarta (pilar.id) – Sebanyak 26,8 ton minyak goreng (migor) subsidi pemerintah Minyakita akan didistribusikan bagi pedagang di pasar tradisional.
Kebijakan ini menyusul kelangkaan dan harga jual migor yang berada di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) sebesar Rp 14 ribu menjadi sekitar Rp 15 ribu – Rp 16 ribu di DI Yogyakarta.
“Mudah-mudahan stok tambahannya bisa segera merata, dan masyarakat bisa kembali membeli minyak goreng Minyakita ini sesuai HET yaitu Rp 14 ribu,” ungkap Pejabat Fungsional Pengawas Perdagangan Muda Dinas Perindustiran dan Perdagangan (Disperindag) DIY, Sabar Santoso, Senin (13/2/2023).
Nantinya, untuk menekan harga komoditi tersebut di pasaran pasokan tambahan tersebut lanjut Sabar pihaknya akan menyalurkan persediaan migor tersebut ke delapan pasar tradisional yang tersebar di seluruh DIY dalam 28 tahap oleh PT Bina Karya Prima (BKP) mulai bulan ini.
“Pedagang yang menerima masih kami data,” ungkap Pejabat Fungsional Pengawas Perdagangan Muda Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY, Sabar Santoso, Senin (13/2/2023).
Sabar menyebut, 10 pedagang di delapan pasar tradisional itu akan menerima pendistribusian migor Minyakita dengan harga di bawah rata-rata HET.
“Harga yang diterima pedagang, sekitar Rp 12.600 per liter. Sehingga mereka bisa jual sesuai HET,” terangnya.
Adapun delapan pasar tradisional yang akan menerima stok tambahan tersebut diantaranya di Kota Yogyakarta yang menyasar Pasar Beringharjo, Prawirotaman, Kranggan, dan Demangan. Kemudian di Pasar Gamping di Kabupaten Sleman, Pasar Argosari Gunungkidul, Pasar Imogiri Bantul dan Pasar Wates di Kulon Progo.
Terpisah, salah seorang pedagang di Pasar Beringharjo, Sugiyanti mengeluhkan stok Minyakita yang terbatas, sedangkan banyak konsumen yang mencari.
“Sulit sekarang. Iya banyak yang cari karena paling murah,” ujarnya.
Pihaknya mengaku, sudah beberapa pekan terakhir dari agen distributor absen memasok Minyakita. Sugiyanti tidak begitu mengetahui penyebab kelangkaan minyak tersebut.
“Kalo dari agen katanya sedang kosong gitu,” tambahnya.
Meskipun sesekali menerima stok, lanjut Sugiyanti migor subsidi yang diperoleh sangat terbatas dan langsung habis diburu pembeli.
“Kalo jualnya naik saya, jadi Rp 16 ribu per liter. Karena dari agen juga sudah tinggi,” tutupnya. (riz/hdl)