Makassar (pilar.id) – Transformasi pendidikan di Sulawesi Selatan telah menunjukkan keberhasilannya, tidak terlepas dari peran penting para Guru Penggerak. Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen), Iwan Syahril, dalam kunjungannya ke Sulawesi Selatan.
Iwan berkesempatan membuka dialog dengan para Guru Penggerak untuk mendengar langsung praktik terbaik yang telah mereka lakukan dalam mendorong transformasi di sekolah mereka.
Iwan mengucapkan terima kasih kepada para Guru Penggerak yang telah berhasil menggerakkan warga sekolah untuk bersama-sama mendorong perubahan paradigma di sekolah. Ia optimis bahwa sistem pendidikan akan mengalami perubahan positif ke arah yang lebih baik.
“Saya ingin menekankan bahwa kita memiliki alasan untuk tetap optimis dalam melakukan perubahan pada sistem pendidikan menuju yang lebih baik. Perubahan yang paling sulit adalah bagaimana memperkenalkan paradigma baru. Jika paradigma sudah berubah, menurut saya, implementasinya akan lebih mudah,” ujar Dirjen PAUD Dikdasmen dalam dialog dengan Guru Penggerak di Kantor Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Sulawesi Selatan.
Pada kesempatan tersebut, Pengawas Sekolah di Dinas Pendidikan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Rismawati, berbagi pengalamannya sebelum diangkat sebagai Pengawas Sekolah. Pada tahun 2010, ia lulus sebagai guru yang ditugaskan di SMP 8 Satap, Tupabbiring. Sekolah tersebut terletak di daerah kepulauan dengan hanya 20 murid. Ia menghadapi banyak tantangan pada awal karir mengajarnya, mulai dari ruang belajar yang harus dipinjamkan di ruang SD hingga murid yang harus dijemput ke sekolah karena kurangnya motivasi belajar.
“Untuk kegiatan belajar mengajar, kami harus menggunakan ruang SD yang kosong. Setiap pagi, saya dan satu teman harus menjemput murid-murid dari rumah mereka,” ungkapnya.
Rismawati menceritakan bahwa ketika mengetahui tentang Pendidikan Guru Penggerak (PGP), ia merasa bahwa program tersebut sesuai dengan semangatnya untuk menggerakkan sekolah agar lebih maju. Akhirnya, ia mendaftar dan berhasil menjadi Guru Penggerak angkatan ketiga.
Di tempat lain, seorang Guru di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Kota Makassar, Muhammad Nur, menjelaskan bahwa alasan menjadi Guru Penggerak adalah untuk ikut serta dalam pergerakan pendidikan di Indonesia. “Saya ingin memberikan pembelajaran terbaik untuk peserta didik di SLB. Meskipun anak-anak ini memiliki kebutuhan khusus, mereka memiliki potensi yang dapat dikembangkan melalui bimbingan guru-guru yang hebat,” jelasnya.
Nur menambahkan bahwa kurikulum dalam Pendidikan Guru Penggerak (PGP) dirancang dengan baik dan menginspirasi, sehingga mengubah cara berpikirnya tentang profesi yang telah ia geluti selama hampir 23 tahun.
“Setelah saya mengikuti program PGP, saya merasakan banyak perubahan positif. Salah satunya adalah merasakan bahwa saya adalah seorang guru sejati. PGP benar-benar mengubah paradigma saya dari seorang penceramah menjadi seorang guru yang sejati,” tambahnya.
Koordinator Guru Penggerak Provinsi Sulawesi Selatan, Nuzul Haq, menyatakan bahwa PGP telah mengubah pandangannya terhadap murid. “Saya sekarang melihat guru sebagai pamong, sesuai dengan peran alam dan zaman murid. Ini sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara,” katanya.
Nuzul Haq berharap bahwa program PGP akan terus berlanjut karena ia merasakan perubahan tidak hanya pada konten pembelajaran, tetapi juga pada konteks kehidupan sehari-hari dengan murid. Program ini mendorong guru untuk menerapkan pembelajaran yang lebih berorientasi pada murid, berdampak, dan sesuai dengan kebutuhan serta karakteristik mereka. (ipl/hdl)