Surabaya (pilar.id) – Tim peneliti Universitas Airlangga melakukan penelitian terkait proses produksi biomaterial guna mempercepat rekonstruksi jaringan tulang.
Hal ini dilakukan merespons data yang menyebutkan jika tingkat patah tulang (fraktur) akibat kecelakaan di Indonesia masih terbilang cukup tinggi. Diketahui pula, operasi implantasi untuk penyembuhan dan rekonstruksi jaringan tulang juga banyak dibutuhkan.
Dari hasil penelitian, Prof Junaidi Khotib SSi MKes PhD Apt menyebutkan, nano-hidroksiapatit dari tulang sapi memiliki kemampuan yang efektif dalam merekonstruksi jaringan tulang manusia akibat fraktur.
Hidroksiapatit, lanjutnya, merupakan material yang terbentuk dari ikatan kimia yang kuat serta menjadi bagian dari tulang makhluk hidup.
Biasanya, hidroksiapatit banyak digunakan dalam berbagai rekayasa kesehatan, seperti rekonstruksi jaringan tulang atau gigi yang patah. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Prof Junaidi bersama tim, hidroksiapatit yang digunakan berasal dari tulang-tulang sapi.
“Hidroksiapatit pada tulang sapi saat digunakan sebagai implan ternyata memberikan tingkat kesembuhan yang lebih cepat,” kata Dekan Fakultas Farmasi Unair ini.
Prof Junaidi mencatat, pertumbuhan tulang yang patah biasanya butuh waktu hingga 45 hari. Tetapi saat sekrupnya diganti hidroksiapatit, proses penyembuhan hanya butuh 28 hari.
Tim penelitian ini, seiring waktu juga menemukan ukuran partikel hidroksiapatit dalam bentuk nano memiliki efektivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran mikro.
Karena nano-hidroksiapatit bersifat mudah diserap, sehingga memiliki jumlah molekul banyak di permukaan, memiliki bioafinitas yang baik, serta mampu membantu proses integrasi tulang.
Oleh karena itu, penelitian yang dilakukan tidak berhenti pada proses produksi hidroksiapatit saja, melainkan juga pada proses ekstraksi hidroksiapatit dari yang semula berukuran mikro menjadi nano.
“Artinya, ada proses percepatan kesembuhan dengan pemberian hidroksiapatit itu. Dengan demikian, kita melakukan penelitian lebih jauh, yaitu dengan melakukan ekstraksi hingga menghasilkan nano-hidroksiapatit,” jelas Prof Junaidi.
Ia pun menambahkan, proses ekstraksi material hidroksiapatit mikro menjadi nano dilakukan dengan proses laboratorium yang sangat ketat. (usm/hdl)