Jakarta (pilar.id) – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengungkapkan kekhawatiran atas dampak perubahan iklim yang semakin meresahkan. Menurutnya, hal ini tidak hanya mengancam Indonesia, tetapi juga komunitas global secara keseluruhan.
“Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, yang disebabkan oleh aktivitas pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik industri yang tidak berkelanjutan, telah mempercepat perubahan iklim dengan tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya,” ungkap Dwikorita dalam Rapat Nasional Prediksi Musim Kemarau 2024, pada Jumat (9/2/2024) lalu.
Dwikorita menekankan bahwa perubahan iklim global bukanlah sekadar isu retorika atau ramalan masa depan, tetapi merupakan realitas yang dihadapi oleh miliaran manusia di seluruh dunia. Oleh karena itu, fenomena ini tidak boleh diabaikan.
Lebih lanjut, Dwikorita mengutip Badan Meteorologi Dunia (WMO) yang baru-baru ini menyatakan bahwa tahun 2023 mencatatkan suhu tertinggi sepanjang sejarah pengamatan instrumental. Suhu rata-rata global naik sebesar 1,40 derajat Celcius di atas era pra-industri.
Dikatakan oleh Dwikorita bahwa angka ini hampir mencapai batas yang disepakati dalam Perjanjian Paris tahun 2015, di mana dunia berkomitmen untuk membatasi kenaikan suhu global menjadi di bawah 1,5 derajat Celcius. Tahun 2023 juga menyaksikan rekor suhu harian baru dan gelombang panas ekstrem yang melanda Asia dan Eropa.
“Rekor suhu yang terjadi pada tahun 2023 bukanlah kebetulan, melainkan tanda jelas dari pola perubahan iklim yang semakin nyata dan mengkhawatirkan,” tambahnya.
Dalam konteks ini, Dwikorita menekankan perlunya kerjasama lintas sektor, termasuk pemerintah, swasta, akademisi, media, LSM, dan lainnya, untuk menghadapi tantangan perubahan iklim ini.
Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menyoroti dampak besar perubahan iklim terhadap bumi dan semua makhluk hidup di dalamnya. Ia menekankan bahwa sektor-sektor seperti pertanian, yang penting bagi ketahanan pangan, akan terkena dampaknya secara signifikan.
“Perubahan iklim adalah tanggung jawab bersama, dan diperlukan upaya bersama dan berkelanjutan untuk mengurangi dampaknya,” tandasnya.
Komitmen BMKG untuk Melindungi Indonesia
Dalam konteks ini, Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, menegaskan komitmen lembaganya untuk terus memberikan informasi iklim yang akurat dan tepat guna menjaga Indonesia.
Menurutnya, akurasi prediksi iklim adalah landasan bagi banyak kebijakan nasional dan daerah di berbagai sektor, seperti pertanian, sumber daya air, kehutanan, kesehatan, dan mitigasi bencana.
Pada tahun 2023, BMKG berhasil memberikan informasi dini tentang potensi El Nino yang memiliki dampak signifikan di tingkat nasional. Informasi ini menjadi dasar bagi kebijakan pemerintah untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh El Nino.
“Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan kinerja dan manfaat BMKG melalui Kedeputian Klimatologi dan unit kerja terkait di daerah untuk kepentingan masyarakat dan negara,” kata Dwikorita.
Peningkatan Kinerja
Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, Fachri Radjab, mengungkapkan bahwa BMKG telah menetapkan sejumlah strategi baru untuk meningkatkan prediksi iklim. Ini termasuk peningkatan pemahaman ilmiah tentang dampak pemanasan global, pemanfaatan teknologi terkini, dan kerjasama global.
Fachri menekankan bahwa keberhasilan BMKG tidak hanya diukur dari akurasi prediksi, tetapi juga dari sejauh mana prediksi tersebut dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan dan masyarakat untuk merancang kebijakan dan tindakan nyata. (riq/ted)