Jakarta (pilar.id) — PT PLN (Persero) menunjukkan komitmennya terhadap energi bersih dalam ajang Conference of the Parties (COP29) di Baku, Azerbaijan. PLN memaparkan inisiatif pendanaan hijau untuk mendukung transisi energi, sejalan dengan visi pemerintah untuk swasembada energi melalui energi bersih.
Dalam diskusi di Paviliun Indonesia bertajuk Fostering and Enabling Innovative Climate Finance Mechanism, Utusan Khusus Presiden Bidang Perdagangan Internasional dan Kerja Sama Multilateral, Mari Elka Pangestu, mengungkapkan bahwa Indonesia telah menginisiasi Global Blended Finance Alliance (GBFA).
Program ini mengundang berbagai negara berkembang, termasuk Prancis, Kanada, dan Kenya, untuk bekerja sama mendukung pembiayaan transisi energi dan pengurangan perubahan iklim.
Estimasi biaya global untuk iklim mencapai 1 hingga 2 triliun Dollar AS, dan untuk mendukung SDGs, nilainya dapat meningkat hingga 6 triliun Dollar AS.
Dalam pemaparannya, Mari menjelaskan bahwa Indonesia dan negara berkembang lainnya membutuhkan strategi pembiayaan inovatif untuk menutup kesenjangan pendanaan iklim.
Berdasarkan perhitungan Kementerian Keuangan, Indonesia membutuhkan sekitar 280 miliar Dollar AS untuk seluruh aksi iklim hingga tahun 2030, di mana 30 persen berasal dari anggaran negara, sementara sisanya perlu didukung oleh sektor swasta dan sumber lainnya.
Di sisi lain, Direktur Keuangan PLN Sinthya Roesly menegaskan bahwa PLN terus berkomitmen untuk mendukung visi transisi energi nasional dengan menggalang dana hijau melalui kerjasama publik, bilateral, multilateral, dan swasta.
Salah satu strategi pembiayaan yang diterapkan PLN adalah Sustainable Linked Financing Framework (SLFF) dan Green Financing Framework (GFF) yang dirancang untuk mendukung proyek energi hijau di Indonesia.
PLN juga menargetkan pengembangan pembangkit yang 75 persen berbasis energi terbarukan. Untuk mencapai target tersebut, PLN memperkirakan kebutuhan pendanaan hingga 100 miliar Dollar AS pada 2033.
“Proyek yang tepat sangat penting dalam transisi energi. Kami memiliki ratusan daftar proyek, mulai dari pembangkit hingga smart grid,” ujar Sinthya.
Untuk mendukung pembiayaan transisi energi, PLN menjalin kerja sama dengan beberapa institusi keuangan seperti Bank Dunia, Asian Development Bank (ADB), dan Just Energy Transition Partnership (JETP).
Saat ini, PLN telah memperoleh pendanaan sekitar 2,9 miliar Dollar AS dalam dua tahun terakhir dan sedang dalam diskusi untuk tambahan 4,8 miliar Dollar AS dari ADB. Total potensi pendanaan saat ini mencapai 46,9 miliar Dollar AS. (hdl)