Jakarta (pilar.id) – Data yang diperoleh dari Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) menunjukkan bahwa praktik pengelolaan hutan lestari di kawasan konsesi perusahaan di Kalimantan Timur telah menghasilkan peningkatan populasi orangutan sebesar 17 persen. Data tersebut mengungkap bahwa populasi orangutan di konsesi perusahaan yang bekerja sama dengan YKAN meningkat dari 508 ekor pada tahun 2018 menjadi 605 ekor pada tahun 2022.
Direktur Program Terestrial YKAN, Ruslandi, mengungkapkan bahwa peningkatan populasi orangutan ini terjadi di wilayah konsesi perusahaan PT Gunung Gajah Abadi Samarinda, yang telah menerapkan praktik pengelolaan hutan lestari. Praktik ini mencakup pengembangan perangkat self-assessment, monitoring biodiversitas, penanganan konflik antara masyarakat dan hewan liar, serta penerapan pembalakan rendah emisi.
Ruslandi menjelaskan bahwa survei populasi orangutan tidak bisa dilakukan hanya sekali, tetapi minimal tiga kali dalam setahun karena jumlah orangutan sangat bervariasi. Menurutnya, penerapan pembalakan rendah emisi (Reduced Impact Logging – Carbon Emission Reduction/ RIL-C) juga memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan populasi orangutan.
Penerapan RIL-C membantu mengurangi kerusakan hutan dengan cara menghindari penebangan pohon berlubang, mengatur arah rebah pohon, mengurangi kerusakan pada pohon besar, dan meminimalkan dampak jalan angkut. Selain itu, ini juga membantu mengurangi emisi karbon sebanyak 130.750 ton CO2e, yang setara dengan 0,017 persen, yang pada gilirannya membantu pemerintah dalam upaya pengurangan emisi karbon.
YKAN telah bekerja sama dengan Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur untuk mengintegrasikan praktik RIL-C ke dalam program kerja Dinas Kehutanan setempat. Selain itu, YKAN memberikan pendampingan teknis kepada 27 perusahaan pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) di Kalimantan Timur dalam upaya mereka untuk memperoleh sertifikat Penyelenggaraan Hasil Pengelolaan Hutan Lestari (PHPL) dan sertifikasi internasional Forest Stewardship Council (FSC).
Ruslandi berharap bahwa peningkatan populasi orangutan dan pengurangan emisi karbon ini dapat menjadi contoh bagi perusahaan lain untuk menerapkan praktik pengelolaan hutan lestari dan RIL-C. Upaya ini tidak hanya mendukung pelestarian lingkungan, tetapi juga berkontribusi pada keseimbangan ekosistem yang lebih luas. (usm/hdl)