Mamuju (pilar.id) – Isu stunting masih menjadi permasalahan di beberapa provinsi di Indonesia. Meskipun secara nasional prevalensi stunting telah mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir, beberapa wilayah di Indonesia masih memiliki angka prevalensi stunting yang lebih tinggi dari rata-rata nasional.
Di Sulawesi Barat, misalnya, data SSGI 2022 menunjukkan bahwa prevalensi stunting mencapai 33,8 persen, menjadikannya provinsi dengan angka kedua tertinggi setelah NTT.
Salah satu faktor yang berkontribusi pada masalah stunting di Sulawesi Barat adalah pernikahan usia muda. Seperti yang diketahui, stunting erat kaitannya dengan kesiapan gizi calon ibu serta penerapan pola asuh selama 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Dalam upaya mengatasi permasalahan ini, PP Muslimat NU Cabang Mamuju bekerja sama dengan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) telah mengadakan sosialisasi literasi gizi di Puskesmas Binanga pada Jumat (25/8/2023).
Acara ini melibatkan kader posyandu dan masyarakat setempat untuk lebih memperhatikan asupan gizi anak-anak, dengan fokus pada pengurangan konsumsi makanan dan minuman tinggi gula. Selama acara tersebut, terungkap bahwa sebagian besar peserta masih memberikan minuman kental manis kepada anak-anak sebagai pengganti susu setelah masa ASI eksklusif atau setelah usia 6 bulan.
Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU, Erna Yulia Sofihara, menjelaskan bahwa organisasi ini, yang memiliki kader kesehatan tersebar di seluruh Indonesia, memiliki perhatian khusus terhadap penanggulangan stunting, terutama di wilayah-wilayah yang memiliki prevalensi tinggi.
“Kami harus mengintensifkan upaya sosialisasi dan edukasi langsung kepada kader kesehatan dan masyarakat, terutama calon ibu dan ibu yang memiliki balita. Kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman tinggi gula menjadi salah satu penyebab masalah gizi pada anak. Penting bagi kita untuk memastikan bahwa anak-anak mendapatkan asupan gizi yang sesuai, sehingga kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di masa depan dapat ditingkatkan,” jelas Erna.
Jasman, Kepala Puskesmas Binanga, menyambut baik kolaborasi antara elemen masyarakat, dinas kesehatan, dan Puskesmas Binanga dalam meningkatkan literasi gizi masyarakat. Dia mengakui bahwa salah satu tantangannya adalah mengubah kebiasaan masyarakat yang menganggap minuman kental manis sebagai susu, meskipun persepsi ini telah berlangsung lama.
Selain dari kegiatan sosialisasi, Jasman bersama YAICI dan PC Muslimat NU Mamuju juga melakukan kunjungan ke rumah-rumah yang memiliki balita yang terindikasi stunting. Berdasarkan pengukuran berat badan, terlihat adanya penurunan berat badan mulai dari usia 6-8 bulan, yang berpotensi menyebabkan stunting jika tidak ditangani dengan baik. Menurut penuturan ibu-ibu tersebut, penurunan berat badan anak-anak mereka disebabkan oleh kurangnya nafsu makan.
Arif, seorang anggota tim YAICI, mengungkapkan keprihatinannya mengenai situasi di Mamuju, di mana hasil laut yang melimpah namun masyarakat tidak mengonsumsi ikan dengan baik. “Ternyata, masalah di sini adalah kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai gizi. Banyak masyarakat di sini tidak menyadari nilai gizi yang terkandung dalam ikan, dan mereka juga tidak menyadari bahwa minuman kental manis tidak mencukupi gizi anak-anak karena rendahnya kandungan protein dan tingginya kadar gula. Oleh karena itu, pendidikan dan pendampingan terus menerus diperlukan agar generasi mendatang dapat menjadi generasi yang produktif, bukan hanya menjadi masalah ledakan penduduk,” kata Arif Hidayat.
Dalam sebuah forum diskusi dengan media yang diadakan di Mamuju pada tanggal 25 Agustus 2023, masih dibahas tentang tingginya jumlah pernikahan di bawah umur yang menjadi faktor penyebab stunting di Sulawesi Barat.
Berbagai langkah strategis telah diambil untuk mempersiapkan Generasi Emas 2045. Hal ini penting untuk menghadapi proyeksi ledakan penduduk pada tahun 2045 agar generasi tersebut dapat berkontribusi secara produktif dalam membangun Indonesia. Salah satu langkah kunci dalam hal ini adalah meningkatkan literasi gizi masyarakat, dengan harapan akan meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya asupan gizi yang tepat bagi pertumbuhan anak-anak, terutama selama 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). (ret/ted)