Bekasi (pilar.id) – Sebagai penyedia jasa layanan antar dan kirim barang, PT Pos Indonesia (Persero) saat ini memiliki banyak pesaing dari pihak swasta. Terlebih di era digital ketika para penyedia jasa ekspedisi kini telah banyak bekerja sama dengan platform-platform e-commerce.
Ketatnya persaingan ini membuat PT Pos tak bisa berdiam diri saja dan tenang berada di zona nyaman sebagai penyedia jasa ekspedisi plat merah. Untuk itu, mereka pun terus melakukan inovasi dan kolaborasi demi meningkatkan kualitas layanan.
Terbaru, PT Pos bersama Sentral Cargo berkolaborasi dalam menginisiasi pembangunan ekosistem logistik digital pertama di Indonesia. Langkah ini dilakukan untuk menekan biaya logistik melalui penandatanganan kerja sama di PT Pos Logistik Indonesia BO Bekasi, Kota Bekasi.
Penandatanganan kerja sama dilakukan Direktur Bisnis Kurir dan Logistik PT Pos Indonesia, Siti Choiriana bersama Direktur Utama Sentral Cargo, Okie Octavia Kurniawan yang turut disaksikan Direktur Utama PT Pos Indonesia, Faizal Rochmad Djoemadi beserta manajemen PT Pos Indonesia.
“Kolaborasi ini golnya adalah efisiensi biaya logistik di Indonesia. Karena saat ini biaya logistik kita masih cukup tinggi. Ini akan menjadi kekuatan besar untuk menekan biaya logistik kita,” kata Direktur Bisnis Kurir dan Logistik PT Pos Indonesia Siti Choiriana di Bekasi, Rabu (16/3/2022).
Dia mengatakan penandatanganan kerja sama ini menjadi babak baru kolaborasi antar perusahaan kurir dan logistik di Indonesia dalam rangka membangun digital ekosistem logistik. Ekosistem logistik ini diharapkan menjadi solusi pengiriman barang secara efisien dan luas.
Nantinya, digital ekosistem logistik ini akan menggabungkan beberapa layanan seperti kurir ritel, logistik, dan kargo dalam sebuah platform terintegrasi. Layanan ini akan memudahkan masyarakat menggunakan jasa kiriman.
Menurut dia, kolaborasi perusahaan ekspedisi besar di Indonesia ini akan menekan biaya logistik di Indonesia yang masih cukup besar. Data tahun 2018, biaya logistik Indonesia menempati posisi tertinggi di wilayah ASEAN. Survei Bank Indonesia, biaya logistik Indonesia mencapai 23 hingga 24 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB).
Tak hanya itu, kata dia, kolaborasi dua perusahaan ekspedisi sebagai langkah bersama membuka ekonomi baru di seluruh pelosok negeri. Misalnya dalam pengiriman kargo ke Papua, kapal bisa membawa barang dua kali perjalanan (pulang dan pergi).
“Saat pengiriman, kapal membawa barang ke Papua. Kemudian saat kembali kapal berisi berbagai produk Papua untuk dipasarkan ke seluruh Indonesia,” katanya.
Kerja sama ini sekaligus menciptakan keterjangkauan yang lebih besar dalam membangun jaringan kurir dan logistik. “Fitur layanannya juga makin baik, suplai chain barangnya baik sehingga masyarakat makin dimudahkan,” kata dia. (fat/antara)