Lampung Selatan (pilar.id) – Dinas Peternakan Kabupaten Lampung Selatan mengungkapkan bahwa 36 ekor sapi di daerah tersebut terpapar penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) atau penyakit kulit berbenjol.
“Saar ini terdapat 36 ekor sapi ternak yang terinfeksi LSD dan telah dilaporkan ke sistem,” kata Kepala Dinas Peternakan Lampung Selatan, Rini Ariasih, di Kalianda pada hari Rabu (17/5/2023).
Kasus penyakit LSD tersebut ditemukan di beberapa kecamatan, termasuk Merbau Mataram, Tanjung Bintang, Jati Agung, dan Natar.
Rini menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan berbagai upaya, seperti edukasi dan sosialisasi mengenai penyakit LSD kepada para peternak, guna mencegah penyebaran yang lebih luas.
“Dinas Peternakan Lampung Selatan sudah memberikan edukasi pada para peternak dan pelaku usaha, serta melakukan sosialisasi saat briefing, meeting, bahkan lewat siaran radio,” ujarnya.
Untuk penanganan awal, pihak Dinas Peternakan telah memberikan suntikan vitamin kekebalan tubuh kepada sapi yang terinfeksi penyakit LSD.
“Selain itu kami juga sudah berupaya melakukan penyemprotan desinfektan di kandang-kandang hewan ternak, dan melaksanakan vaksinasi LSD, sesuai dengan alokasi vaksin yang kami terima,” tambahnya.
Rini juga mengimbau kepada para peternak agar rajin membersihkan kandang dan sekitarnya. “Gunakan obat pembasmi lalat atau serangga sejenis untuk mengurangi populasi lalat dan nyamuk di sekitar kandang, karena lalat dapat menjadi vektor penyebaran penyakit LSD,” saran Rini.
LSD pertama kali dilaporkan di Zambia, Afrika, pada tahun 1929 dan telah menyebar ke benua Afrika, Eropa, dan Asia. Pada tahun 2019, kasus LSD dilaporkan di China dan India, kemudian menyebar ke Nepal, Myanmar, dan Vietnam setahun setelahnya.
Pada tahun 2021, LSD juga dilaporkan di Thailand, Kamboja, dan Malaysia. Dan baru-baru ini, pada tahun ini, kasus LSD juga ditemukan di Indonesia. (usm/hdl)