Jakarta (pilar.id) – Ketua Nasional Rekan Indonesia, Agung Nugroho mengatakan, sungguh memperihatinkan menilik jalan panjang pemerintah dalam menemukan solusi kelangkaan minyak goreng. Pemerintah Harus Berani Melawan Spekulan Pengusaha Minyak Goreng, Demi Rakyat.
Yang aneh adalah dicabutnya aturan Harga Eceran Tertinggi (HET) oleh Kemenko Perekonomian, harga per liter sudah tidak lagi Rp14 ribu tapi malah diserahkan pada fluktuasi pasar. Sehingga menyebabkan harga 1 liter migor kemasan meroket mencapai Rp23-25 ribu.
Meski subsidi pada Minyak curah non kemasan tetap diberikan sehingga harga akan tetap 14 ribu. Namun produksi dan distribusinya adalah kewenangan pusat, dan di sini akan menjadi lingkaran setan untuk pemerintah daerah, jika ada masalah di lapangan, sehingga kelangkaan kembali terjadi.
“Bagaimana pun pemerintah daerah juga terus cari cara agar kebutuhan minyak goreng selalu tersedia dan terjangkau harganya,” kata Agung, Kamis (17/3/2022).
Sementara meski ada obat sementara yang bernama operasi pasar. Namun, operasi pasar tidak didesain untuk selamanya, karena terbatas juga oleh stok.
Satu-satunya solusi konkrit adalah pemerintah harus benar-benar berani menekan pengusaha minyak goreng untuk kembali memproduksi minyak gorengnya demi kebutuhan nasional dan tegas memberikan sanksi kepada pengusaha minyak goren yang mengekspor bahan baku produksi minyak goreng demi berspekulasi di tengah naiknya kebutuhan CPO di dunia dengan harga tinggi.
“Di sini, pemerintah kita di uji apakah pro dengan spekulan pengusaha minyak goreng atau pro terhadap rakyat negerinya sendiri yang sudah antri sampai ada yang mati demi 1 liter minyak goreng,” pungkasnya. (her/fat)