Jakarta (pilar.id) – Tokoh agama dan ulama yang tergabung dalam forum ijtima ulama di Sumatera Utara (Sumut) memberikan dukungan kepada Sandiaga Uno sebagai calon presiden (capres) di Pilpres 2024. Mulai banyaknya dukungan ulama kepada Sandiaga berpotensi menggerus suara bosnya di Gerindra, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.
Pengamat politik dari Paramadina Public Policy Institute (PPPI), Septa Dinata menilai, dukungan para ulama di sejumlah daerah berpotensi menggerus basis massa Prabowo Subianto. Karena baik Sandiaga ataupun Prabowo, memiliki kelompok pendukung yang hampir sama.
“Kalau dibilang menggerus suara Prabowo, itu sangat besar kemungkinannya. Sandiaga dan Prabowo akan memperebutkan kue yang sama. Jadi pasti akan berkurang massanya Prabowo,” kata Septa saat dihubungi Pilar.id melalui sambungan telepon, Kamis (6/1/2022).
Selain Prabowo, lanjut Septa, ulama di sejumlah daerah yang mendukung Sandiaga berpotensi merugikan peluang Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam bursa capres. Basis massa Anies bisa beralih dengan mendukung Sandiaga.
Sebab, seperti diketahui bahwa Anies memiliki basis massa yang cukup besar dari kelompok Islam garis keras. Jadi, bertambahnya dukungan ulama ke Sandiaga itu sama saja berkurangnya dukungan ulama atau kelompok Islam garis keras ke Prabowo dan Anies.
“Jadi massa pendukung non-Jokowi sekarang tersebar dalam kelompok kanan ekstrim yang lebih banyak ke Anies. Kelompok tengah yang agak nasionalis ke Prabowo. Sandiaga ini pasti akan mencoba menggarap basis massa non-Jokowi, kelompok kanan ekstrim,” kata dia.
Kendati demikian, Septa menduga, Sandiaga tidak mengincar posisi capres, melainkan cawapres di Pilpres 2024. Hal itu dibuktikan dalam berbagai survei politik yang pernah dirilis sepanjang tahun lalu.
Saat ini, mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu sedang mencoba untuk menjaga ritme dan nafas menjelang Pilpres 2024. Tak lain, tujuannya adalah untuk memelihara memori pendukungnya.
“Memang sepintas jadinya ada konflik antara Sandiaga dan Prabowo. Tapi sebetulnya menurut saya, Sandiaga sedang berusaha mengincar posisi cawapres. Ambisi dia masih sama seperti Pilpres 2019,” ujar Septa.
Walupun begitu, Septa menilai, dipasangkannya kembali Prabowo-Sandiaga sebagai capres dan cawapres adalah langkah keliru. Peluang menang dan meraup suara sebanyak di Pilpres 2019 sangat kecil. Salah satu penyebabnya, menurut dia, karena Prabowo dan Sandiaga sudah menjadi bagian pemerintahan Presiden Joko Widodo.
“Soal ijtima ulama, tetap saja ada kemungkinan anggapan bahwa tidak murni atau benar-benar mendukung Sandiaga. Ke depan harus hati-hati para capres dan cawapres memainkan isu agama. Karena polarisasi yang kemarin belum selesai, ini malah mau dimunculkan kembali,” tegasnya. (her)