Jakarta (pilar.id) – Hampir 50 tahun sudah, Percetakan Menara Kudus menerbitkan Al-Qur’an Pojok sejak tahun 1974 silam.
Al-Qur’an Pojok merupakan mushaf yang unik dan saat ini menjadi andalan umat muslim yang belajar menghafalkan Al-Qur’an.
Al-Qur’an Pojok terbitan Menara Kudus memang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan mushaf Al-Qur’an lain yang beredar di Indonesia.
Seperti namanya, Al-Qur’an Pojok ini memiliki ciri khusus. Dimana, disetiap lembarnya, bagian pojok bawah kiri selalu berupa akhir ayat tertentu.
Selain itu, Al-Qur’an Pojok Menara Kudus juga memiliki susunan yang rapi dan teratur. Setiap juz yang ada di Al-Qur’an Pojok terdiri dari 10 lembar atau 20 halaman.
Kecuali di juz 1 yang berisi 21 halaman dan juz 30 yang berjumlah 23 halaman.
Di setiap halamannya juga selalu terdiri dari 15 baris, kecuali di dua halaman pertama juz 1 yang berjumlah tujuh baris dan halaman terakhir juz 30 yang berisi 11 baris.
Karakter yang unik dan teratur dari mushaf Al-Qur’an Pojok Menara Qudus ini yang membuatnya menjadi favorit para penghafal Al-Qur’an.
Sebab, dengan adanya susunan yang rutin, dapat mempermudah mereka yang baru belajar menghafal A-Qur’an untuk runut dan menandai hafalan mereka.
Namun, sebelum disebut dengan mushaf Al-Qur’an Pojok, model mushaf ini mulanya disebut dengan Mushaf Bahriyah.
Penyebutan tersebut didasarkan pada penerbit dari Mushaf ini yang mulanya berasal dari Penerbit Bahriyah yang ada di Istanbul, Turki.
Dilansir dari almunawwir.com, dalam sejarahnya, mushaf Al-Qur’an Pojok ini dibawa ke Indonesia oleh salah satu ulama asal Kudus, KH M Arwani Amin.
KH Arwani mendapatkan mushaf Al-Qur’an Pojok ini ketika menjalani ibadah haji tahun 1969 dan pulang ke Indonesia pada 1970.
Dimana, mushaf yang dibawa oleh Mbah Arwani tersebut merupakan cetakan dari Usman Bik di Turki yang terbit pada Maret 1951.
Mbah Arwani kemudian menyerahkan mushaf tersebut ke Percetakan Menara Kudus untuk memperbanyak cetakan Al-Qur’an Pojok di Indonesia.
Dalam penyerahannya, Mbah Arwani berpesan agar pihak percetakan tidak mengubah apapun. Jika ada yang kurang faham terkait dengan isi dari mushaf Bahriyah dari Turki tersebut, pihak Menara Kudus diminta untuk bertanya secara langsung ke Mbah Arwani.
Dummy dari mushaf Al-Qur’an Pojok tersebut diselesaikan oleh Percetakan Menara Kudus pada tahun 1974 dan langsung dikoreksi oleh tiga ulama ternama di Kudus yakni, KH Arwani Amin, KH Hisyam Hayat dan KH Sya’roni Ahmadi.
Sebelum dicetak dan disebarkan secara luas ke masyarakat, Mushaf Al-Qur’an Pojok lebih dahulu diserahkan ke Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Kementerian Agama pada 16 Mei 1974.
Selain itu, mushaf tersebut juga diserahkan ke Lembaga Lektur Keagamaan untuk mendapatkan izin edar.
Hingga saat ini, Mushaf Al-Qur’an Pojok tersebut masih terus dicetak ulang. Bahkan, tiap tahunnya, cetak ulang mushaf Al-Qur’an Pojok bisa mencapai 50 ribu eksemplar.
Saat ini, di berbagai pondok pesantren atau lembaga tahfidz Al-Qur’an, Mushaf Al-Qur’an Pojok cetakan Menara Kudus banyak dijadikan pegangan bagi pada santri yang hendak menghafalkan Al-Qur’an.
Bahkan, ada beberapa Pondok Pesantren atau lembaga Tahfidz yang mewajibkan santrinya menggunakan Al-Qur’an Pojok ketika belajar menghafal Al-Qur’an. (fat)