Surabaya (pilar.id) – Belajar di sekolah tak melulu mengenai teori, mengerjakan soal lalu pulang. Hal itulah yang coba dijadikan berbeda oleh Surabaya Grammar School (SGS) Campus dengan membuat kegiatan pameran Science yang pesertanya merupakan murid kelas 7, pada Jumat (27/05/2022) di SGS Grand Pakuwon, Surabaya.
Seperti disampaikan Kristin Siregar, guru Science di SGS, bila dalam pameran ini diikuti oleh 22 siswa yang dibagi menjadi 11 kelompok.
“Mereka membuat sebuah inovasi dari 12 tema yang saya buat pada awal semester lalu, temannya diundi pertiap kelompok,” ujarnya.
Dalam prosesnya ia menceritakan, jika sejak awal ia hanya menyediakan format kasar dan sesekali melihat perkembangan, serta memberikan masukan. Selebihnya murid-muridnya sendirilah yang mengerjakan. Mulai dari desain poster, ide penelitian dan lainnya.
“Setelah saya beri tema, saya buat time line, memberikan draftnya, lalu mereka bebas mau meneruskan risetnya seperti apa,” ucapnya.
Adapun keluh kesah yang diterima siswa yang merupakan angkatan pertama dari project ini, seperti kesulitan, bingung dan melawan rasa malas dalam melakukan penelitian mereka.
“Sekarang pembelajarannya masih ada yang offline dan online, jadi sedikit susah komunikasi dengan teman satu timnya, pengerjaannya terkadang di rumah dan di sekolah,” terangnya.
Adapun salah satu produk diantara mereka ialah, bioplastik yang merupakan produk yang bisa dijadikan pengganti plastik yang selama ini tidak ramah lingkungan.
Berdasar keterangan dari Katherine Marsha dan Kezia Taka, siswa kelas 7A jika bioplastik buatan mereka terbuat dari agar-agar yang bisa dimakan setelah terpakai.
“Produk ini sebagai alternatif pengganti plastik kantong kresek dan sedotan kertas yang bisa dimakan, tetapi tidak ada rasanya, dan akan terurai 6 sampai 8 bulan saja, tak seperti kantong plastik umumnya yang memakan hingga ratusan tahun untuk terurainya,” jelas Marsha nama panggilannya ini.
Dalam prosesnya, Kezia menjelaskan jika bioplastik ini membutuhkan waktu 3 hari pembuatan, yaitu dengan mencampur agar-agar dengan bahan lainnya serta air panas. Kemudian diambil busanya, lalu dituangkan pada kertas roti atau aluminium foil dan tunggu dua hari untuk pengeringan
” Dari produk ini bisa kita kembangkan dengan lebih menipiskan ketebalannya dan membentuknya agar lebih fleksibel dengan uji lab terlebih dahulu,” papar Kezia.
Atas produknya ini, ia berharap agar bisa diterapkan dan dapat menggantikan plastik umumnya yang tidak ramah lingkungan, seperti halnya plastik cassava.
Adanya kegiatan ini, Kristin Siregar berharap agar para siswanya dapat menciptakan solusi untuk permasalahan yang ada di sekitar mereka.
“Kedepan kami juga berharap, kegiatan ini akan terus ada tiap tahunnya dan hasil project dari anak-anak ada yang bisa diteruskan ke tahap selanjutnya,” tutup Kristin. (jel/hdl)