Jakarta (pilar.id) – Batman v Superman: Dawn of Justice adalah film superhero Amerika Serikat yang dirilis pada tahun 2016. Film ini disutradarai oleh Zack Snyder dan diproduksi oleh Charles Roven dan Deborah Snyder.
Ini adalah film kedua dalam waralaba DC Extended Universe (DCEU) setelah Man of Steel (2013). Film ini mengisahkan pertemuan pertama antara Batman alias Bruce Wayne (diperankan oleh Ben Affleck) dan Superman atau Clark Kent (diperankan oleh Henry Cavill).
Setelah kekhawatiran atas tindakan Superman yang dianggap sebagai ancaman terhadap umat manusia, Batman memutuskan untuk menghadapinya, sementara Lex Luthor (diperankan oleh Jesse Eisenberg) juga merencanakan sesuatu yang jauh lebih jahat.
Selain dibintangi Ben Affleck dan Henry Cavill, Batman v Superman: Dawn of Justice (2016) juga menghadirkan Gal Gadot sebagai Diana Prince atau Wonder Woman, Jesse Eisenberg sebagai Lex Luthor, Amy Adams sebagai Lois Lane, Jeremy Irons sebagai Alfred Pennyworth, dan Holly Hunter sebagai Senator Finch.
Film ini menghabiskan anggaran sekitar 250 juta Dollar AS dan mendapat tanggapan yang beragam dari para kritikus. Meskipun demikian, film ini berhasil meraup lebih dari 873 juta Dollar AS di seluruh dunia, meskipun tidak mencapai ekspektasi yang diharapkan oleh studio.
Meskipun mendapat ulasan yang tercampur, Batman v Superman: Dawn of Justice memenangkan beberapa penghargaan, termasuk Penghargaan Kritikus Asosiasi Online untuk Efek Visual Terbaik.
Film ini juga memperkenalkan karakter Wonder Woman ke dalam DCEU, yang kemudian mengarah pada pembuatan film solo Wonder Woman yang sangat sukses.
Sisi Gelap Zack Snyder
Beberapa penonton dan kritikus menyukai penggambaran karakter dan aksi dalam film, sementara yang lain mengkritik plot yang terlalu rumit dan suasana yang terlalu gelap. Ya, apa boleh buat, sang sutradara, Zack Snyder, telah merubah semuanya.
Snyder, dikenal karena gaya pengarahannya yang cenderung gelap dan serius. Dia membawa pendekatan visual yang khas ke dalam film ini, menciptakan atmosfer yang lebih gelap dan tegang daripada adaptasi superhero lainnya.
Dalam film ini, Snyder menggunakan palet warna yang lebih gelap dan nada yang lebih serius untuk menciptakan suasana yang lebih tegang dan dramatis. Ini menciptakan kontras yang tajam dengan film superhero lain yang mungkin lebih cerah dan optimis.
Selain itu, Snyder juga mengeksplorasi tema yang lebih kompleks dan gelap dalam karakter superhero. Dia menggali sisi gelap dari karakter Batman dan Superman, menampilkan konflik internal dan dilema moral yang mereka hadapi.
Pendekatan ini menghasilkan penggambaran yang lebih kompleks dan mendalam dari karakter-karakter ini, tetapi juga menghasilkan film yang lebih gelap dan serius secara keseluruhan.
Meskipun demikian, pendekatan Snyder ini telah membagi pendapat di antara para penggemar dan kritikus, dengan beberapa menyukainya sebagai pendekatan yang segar dan berani, sementara yang lain mengkritiknya sebagai terlalu gelap dan berat.
Langkah Wonder Woman
Batman v Superman: Dawn of Justice merupakan film pertama di mana Gal Gadot muncul sebagai Diana Prince alias Wonder Woman dalam DC Extended Universe (DCEU). Penampilan Gadot sebagai Wonder Woman dalam film ini sebenarnya merupakan debut live-action karakter tersebut di layar lebar sebelum film solo Wonder Woman pertamanya yang dirilis pada tahun 2017.
Pengenalan Wonder Woman dalam Batman v Superman memberikan pengantar yang penting bagi karakternya sebelum dia menjadi sorotan dalam film-film Wonder Woman dan film-film DC lainnya dalam DCEU.
Penampilan Gadot sebagai Wonder Woman dalam Batman v Superman mendapat tanggapan positif, yang kemudian membantu membangun ketertarikan dan antisipasi untuk film solo Wonder Woman yang akan datang.
Ben Affleck vs Henry Cavill
Penempatan Ben Affleck sebagai Batman dan Henry Cavill sebagai Superman dalam DC Extended Universe (DCEU) adalah pilihan casting yang menarik dan kontroversial pada saat itu.
Sebelum film Batman v Superman: Dawn of Justice, kedua aktor ini telah membintangi berbagai film besar, tetapi memerankan dua ikonik superhero sekaligus adalah tantangan baru bagi keduanya.
Ben Affleck, yang sebelumnya dikenal karena perannya dalam film-film seperti Good Will Hunting dan Argo, telah menghasilkan peran Batman yang lebih tua, lebih kasar, dan lebih brutal dalam Batman v Superman.
Meskipun awalnya kontroversial, banyak yang memuji penampilan Affleck sebagai Batman, menganggapnya sebagai salah satu aspek yang paling sukses dari film tersebut.
Sementara itu, Henry Cavill telah menggambarkan Superman dalam film Man of Steel sebelumnya, dan dia kembali memerankan karakter tersebut dalam Batman v Superman.
Cavill membawa ke Superman dengan nuansa yang lebih serius dan penuh semangat, menciptakan kontras yang menarik dengan interpretasi Batman oleh Affleck.
Kemunculan keduanya bersama-sama dalam Batman v Superman memberikan dinamika yang menarik antara dua karakter yang sangat berbeda ini, dan meskipun film itu memicu debat, banyak yang setuju bahwa keduanya memberikan penampilan yang kuat sebagai superhero iconic mereka.
Kematian Superman
Film ini menjadi intepretasi liar dari sebuah komik yang pernah dirilis DC Comicsm The Death of Superman (Kematian Superman). Dalam cerita ini, Superman menghadapi musuh kuat bernama Doomsday, yang merupakan makhluk super kuat yang dirancang untuk menghancurkan segala sesuatu yang ada di jalannya.
Dalam pertarungan yang epik antara Superman dan Doomsday, keduanya saling menghabiskan tenaga hingga pada akhirnya keduanya tewas. Kematian Superman menjadi momen yang sangat bersejarah dalam dunia komik, karena Superman dianggap sebagai salah satu pahlawan super paling ikonik dan kuat dalam sejarah.
Kematian Superman diikuti dengan serangkaian cerita yang menarik, termasuk bagaimana dunia bereaksi terhadap kepergiannya, upaya pemulihan kekuatan Superman, dan penerus-penerus sementara sebagai Superman. Kematian Superman juga mengarah pada munculnya karakter baru seperti Steel, Superboy, dan Cyborg Superman, yang semuanya mengambil alih peran Superman untuk sementara waktu. (ret/hdl)