Surplus perdagangan menjadi fenomena yang menarik di tengah meningkatnya ketidakpastian global. Artikel ini menganalisis faktor-faktor yang mendorong terjadinya surplus perdagangan serta dampaknya terhadap perekonomian suatu negara. Temuan menunjukkan bahwa surplus perdagangan dapat memberikan stabilitas ekonomi, meningkatkan cadangan devisa, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Disamping itu, artikel ini juga menyoroti potensi risiko yang terkait dengan surplus perdagangan yang terlalu besar, seperti perlindunganisme dan ketidakseimbangan global.
Surplus perdagangan merupakan kondisi dimana nilai ekspor lebih tinggi daripada nilai impor. Di Indonesia, ekspor menghadapi pertumbuhan yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data dari BPS, pada periode Januari – September 2024 Indonesia mencatatkan surplus sebesar USD 21,98 milliar.
Nilai Neraca Perdagangan Indonesia 2024 (Juta US$)
Menteri perdagangan 2023-2024 Zulfikri Hasan mengatakan, dengan capaian surplus ini, neraca perdagangan menerusukan tren surplus selama 53 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Ia pun optimis kinerja ekspor akan terus membaik. Selain itu, optimalisasi pemanfaatan pasar potensial serta strategi promosi dan ekspansi pasar perlu terus diupayakan baik di kawasan tradisional dan nontradisional.
Neraca perdagangan Indonesia mengalami peningkatan karena beberapa faktor:
1. Capaian kinerja ekspor nonmigas kumulatif 2024 lebih tinggi dibanding 2023
Dari data BPS, menjelaskan sepanjang periode Januari – September 2024, total nilai ekspor Indonesia mencapai USD 192,85 milliar, naik 0,32 persen dibandingkan 2023. Dari total nilai ekspor tersebut, nilai nonmigas mencapai USD 181,15 milliar, naik 0,39 persen dibanding periode yang sama pada 2023. Dengan begitu adanya peningkatan dari nilai ekspor pada sektor nonmigas.
2. Peningkatan harga komoditas global
Peningkatan harga komoditas energi dan mineral juga berkontribusi pada kenaikan nilai ekspor migas dan nonmigas. Harga nikel dan logam mulia yang meningkat secara signifikan membantu mendongkrak nilai ekspor.
3. Diversifikasi pasar ekspor
Pendekatan pola ekspor dunia dengan memproduksi kebutuhan yang beragam, memudahkan Indonesia untuk memasuki pasar-pasar internasional. Hal ini memungkinkan Indonesia untuk meningkatkan nilai ekspor, memperbesar pendapatan nasional, meningkatkan nilai tambah produk ekspor, dan memudahkan dalam memperkenalkan produk-produk di pasar internasional.
Perkembangan Nilai Ekspor Indonesia (US$ Miliar)
Namun, pemerintah juga harus tetap mewaspadai terkait potensi risiko yang terjadi karena ketidakpastian global.
Moga Simatupang, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag), menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat di tengah ketidakpastian global.
Meski demikian, kita tetap harus waspada terhadap perubahan kondisi global dan terus memperkuat dukungan kebijakan demi mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.” terang Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu.
Surplus perdagangan juga dapat memiliki dampak negatif, terutama jika terjadi dalam jangka waktu yang panjang dan dalam jumlah yang sangat besar. Beberapa dampak negatif yang mungkin terjadi antara lain:
1. Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Domestik
Jika terlalu banyak fokus pada ekspor, maka permintaan domestik dapat terabaikan, sehingga dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.
2. Perlindunganisme
Negara-negara mitra dagang mungkin merasa terancam oleh surplus perdagangan yang besar dan menerapkan kebijakan proteksionisme, seperti tarif atau kuota impor.
3. Ketidakseimbangan Global
Surplus perdagangan yang besar di beberapa negara dapat menciptakan ketidakseimbangan global dan memicu konflik perdagangan.
Surplus perdagangan memberikan kabar baik bagi ekonomi Indonesia, seperti peningkatan stabilitas ekonomi, cadangan devisa, serta pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Namun, perlu diingan bahwa ini adalah fenomena yang kompleks dengan berbagai implikasi.
Surplus perdagangan yang terlalu besar dan berkepanjangan dapat menimbulkan risiko seperti ketidakseimbangan global dan potensi perlambatan ekonomi domestik. Maka dari itu, pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa surplus perdagangan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan. **
Disusun Oleh
Eka Ferlyana Sejati, Sabila Pramestika Sari, Salsa Oktaviana
Dosen Pengampu
Retno Febriyastuti W, S.E., M.Sc