Semarang (pilar.id) – Dulu, orang-orang Belanda itu menyebutnya sebagai Semarang Oude Stad, salah satu pusat perdagangan paling populer di Jawa Tengah. Karena memiliki fungsi ekonomi yang strategis, dibangun benteng, yang dikenal dengan nama Vijfhoek.
Kini, kita menyebutnya sebagai Kota Lama Semarang. Kawasan ini berdiri bak etalase masa lalu yang menyuguhkan banyak bangunan masa kolonial.
Mulai dari De Javasche Bank yang kini jadi Semarang Kreatif Galeri. Lalu bangunan bekas Kantor Pengadilan Pemerintahan Belanda yang kini jadi sebuah rumah makan. Hingga Gereja Blenduk, bangunan yang berdiri pada abad ke 18 dan masih berfungsi sebagai tempat ibadah hingga saat ini. Dan tentu saja, di luar bangunan-bangunan ini, ada Jembatan Berok atau Gouvernementsbrug yang dibangun pada abad 17.
Di sepanjang waktu, kawasan ini nyaris tak pernah sepi dari pengunjung. Tapi saat sore, suasana terasa makin hangat karena aktivitas budaya mulai menggeliat.
Di beberapa sudut, kita bisa melihat pemain saksofon beraksi. Membawakan beberapa lagu, lengkap dengan ekspresi dan sound system yang lumayan apik.
Sementara di tempat lainnya, orangbeberapa nongkrong di kedai kopi dan resto. Di jalanan, para remaja sibuk mengabadikan momen istimewanya dengan ponsel kamera untuk kemudian dibagikan di sosial media.
“Dari Jakarta, bareng teman-teman. Dulu pernah ke sini, dua tahun lalu. Sekarang datang lagi dan tetap menyenangkan,” kata Tari, salah satu wisatawan yang ditemui pilar.id di tempat ini.
Ia datang menggunakan kereta api lalu menginap di sebuah hotel berbanderol Rp 200 ribuan per malam. Katanya, kebetulan dapat promo dari sebuah aplikasi penyedia layanan travel dan transportasi.
“Di sini sih foto-foto gini. Biar eksis di instagram,” ucapanya disusul tawa lepas.
Seperti Tari, di sudut lain, ada Ricky Daniarta, remaja asal Bandung. Katanya, dia juga datang bersama dua teman kuliah. Dari Stasiun Tawang Semarang ia berjalan ke Kota Lama.
“Sempat khawatir kalau hujan dan ada rob. Untungnya aman,” ungkapnya. Mahasiswa sebuah perguruan tinggi swasta di Kota Kembang ini mengaku baru pertama kali datang ke Kota Lama Semarang. Ia kenal kawasan ini dari instagram.
“Kelihatan seru aja. Trus ke sini. Dan emang seru sih,” kata Ricky. Menurutnya, kawasan Kota Lama Semarang memadu banyak unsur yang memiliki nilai istimewa. Selain deretan gedung lama, ada sentra UMKM, pusat penjualan barang bekas, sentra kuliner, dan masih banyak lagi.
Beranjak senja, kawasan Kota Lama makin ramai dipadati pengunjung. Berbagai atraksi makin marak, aroma sajian kuliner menguat bersama tawa dan kebahagiaan para pengunjungnya.
Beberapa sibuk mengabadikan diri bersama kanal-kanal air yang mengantar Kota Lama menjadi Little Netherland. Sebagian lagi berjalan ke Museum Kota Lama di Jalan Cenderawasih, Semarang Tengah, membuat sketsa Gedung Nederlandsch-Indische Levensverzekering en Lijfrente Maatschappij, kini Gedung Asuransi Jiwasraya, dan masih banyak lagi. (hdl)