Bengkulu (pilar.id) – Memasuki tahun 2022, Provinsi Bengkulu mendapatkan pengurangan pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) berjenis Bio Solar dari Pemerintah Pusat. Jumlah pengurangan yang diberikan adalah 12 persen dari pasukan tahun 2021 atau sebanyak 14,9 ribu kilo liter (KL).
Dampak dari pengurangan pasokan ini pun langsung terasa. Banyak Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) kehabisan stok BBM bio solar.
Sedangkan di sejumlah SPBU yang stoknya masih tersedia, terjadi antrean kendaraan panjang hingga ratusan meter. Kondisi ini pun mengakibatkan terjadinya kemacetan di sekumlah titik di Bengkulu.
Salah satu supir truk yang mengantre di SPBU Rawa Makmur Kota Bengkulu, Gen Hasibuan, Kamis (24/3/2022) mengatakan, dirinya kesulitan untuk mendapatkan solar di wilayah Bengkulu.
“Kami terpaksa bertahan seharian disini untuk mendapatkan solar agar dapat melanjutkan pekerjaan kami,” kata Gen.
Kondisi ini juga menimpa banyak sopir truk dan kendaraan besar lainnya. Namun, para sopir tersebut harus rela antre berjam-jam dan kehilangan banyak waktu demi kendaraannya bisa melanjutkan perjalanan.
Ia berharap agar kelangkaan solar tersebut dapat kembali normal seperti sebelumnya. Sebab, kelangkaan dan kemacetan tersebut sangat mengganggu aktivitas pekerjaan yang mengakibatkan perekonomian keluarga menurun.
Diketahui, antrian BBM jenis solar di SPBU di wilayah Kota Bengkulu dibuka pada pukul 22.00, hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi kemacetan di wilayah Kota Bengkulu.
Di sisi lain, Pemerintah Provinsi Bengkulu juga terus berusha mengajukan penambahan pasokan BBM jenis Bio Solar kepada Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas).
Staf Ahli Gubernur Bengkulu Bidang Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan, M. Ikhwan, mengatakan hal tersebut dilakukan guna mencukupi kuota BBM bio solar di Provinsi Bengkulu.
“Kita akan segera mengajukan permohonan untuk penambahan kuota BBM jenis bio solar ini ke BPH Migas,” ujarnya. (fat/antara)