Surabaya (pilar.id) – Seminggu sudah, sejak tanggal 23 Maret 2023 masyarakat Indonesia beragama muslim menjalankan ibadah puasa. Selama puasa umat muslim diwajibkan untuk tidak makan dan minum selama lebih dari 13 jam dalam satu bulan penuh.
Hal ini tentu memerlukan pengaturan pola hidup yang tepat, khususnya bagi penderita jantung dan diabetes melitus. Maka dari itu, Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Surabaya (FK Ubaya), dr. Heru Wijono, Sp.PD, FINASIM memberikan penjelasan cara berpuasa yang aman agar tetap sehat.
Dalam penjelasannya, Heru mengatakan bila puasa sangat baik untuk penderita jantung dan diabetes melitus karena dapat mengurangi risiko komplikasi. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya yaitu
Pertama, pasien dapat mengatur jam minum obat pada waktu buka dan sahur. Bagi pasien yang mengonsumsi obat bersifat diuretik atau mendorong produksi air seni, dr.Heru menganjurkan untuk meminumnya saat berbuka puasa.
“Tujuannya agar cairan tubuh tidak banyak keluar saat puasa dan berakibat dehidrasi dan sangat disarankan berkonsultasi dengan dokter keluarga untuk mengatur dosis obat yang tepat,” jelasnya.
Kedua, jenis makanan yang dapat dikonsumsi. Penderita diabetes melitus tetap boleh mengonsumsi makanan yang manis saat berbuka puasa, namun tetap harus dikontrol dan baiknya dikombinasikan dengan serat seperti sayur-sayuran dan buah-buahan, misalnya kurma.
“Selain itu, buah apel dan tomat juga sangat bagus bagi penderita diabetes melitus karena mengandung chrome dan zink yang berfungsi untuk merangsang pelepasan insulin dan kekebalan tubuh. Sedangkan, buah seperti durian, nangka, mangga, dan rambutan tidak disarankan karena mengandung kalori tinggi,” jabar dokter spesialis penyakit dalam ini.
Hal itu dikarenakan penderita diabetes dengan gangguan ginjal harus membatasi kalium. Kalium ada di sayur dan buah. Maka pasien perlu diskusi terkait pola makan dengan dokter keluarga.
Selain itu, bagi penderita jantung disarankan untuk menghindari makanan yang mengandung natrium tinggi, seperti Monosodium glutamate (MSG). Terkait konsumsi kafein, Heru menerangkan bahwa pasien perlu berkonsultasi lebih lanjut ke dokter apakah diperbolehkan atau tidak.
“Bila memang ingin meminum kafein, sebaiknya diminum saat buka puasa karena kafein memiliki sifat diuretik,” tambah dokter di RS Ubaya itu.
Ditambahkannya, apabila penderita jantung dan diabetes melitus ingin berolahraga saat puasa. Hal itu dapat dilakukan sebelum jam tujuh pagi dan di atas jam empat sore, dengan melakukan olahraga ringan seperti jalan kaki atau sepeda, tetapi tidak boleh lari cepat.
“Intinya, penderita jantung dan diabetes melitus tetap bisa melakukan aktivitas normal saat puasa. Namun, jangan lupa untuk menjaga kesehatan sesuai anjuran dokter,” pungkasnya. (jel/din)