Padang Pariaman (pilar.id) – Pemberian Susu Kental Manis (SKM) sebagai pengganti air susu ibu (ASI) sering kali dipilih oleh para ibu, namun perlu diingat bahwa SKM bukanlah susu sejati dan memiliki potensi risiko terhadap diabetes dan stunting pada anak.
Pentingnya pendidikan gizi terkait hal ini disampaikan oleh Ahli Gizi Puskesmas Lubuk Alung, Yuspita Lianti, saat mengadakan program edukasi gizi untuk masyarakat Nagari Lubuk Kasiek, Kecamatan Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumatera Barat, pada Rabu (2/8/2023).
Kegiatan edukasi ini merupakan kolaborasi antara PP Muslimat NU dan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), dengan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman.
Dalam acara tersebut, Yuspita menegaskan bahwa kurangnya pemahaman tentang gizi serta kesadaran masyarakat dalam memilih makanan tinggi protein bagi anak dapat memicu konsumsi SKM sebagai minuman susu bagi balita.
“Kami memberikan apresiasi tinggi atas kegiatan ini, dan kami berkomitmen untuk terus berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan terkait dalam menjalankan program sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, terutama dalam mengatasi masalah konsumsi berlebihan SKM,” ujar Yuspita.
Lebih lanjut, Yuspita menjelaskan bahwa pihaknya terus berupaya untuk mensosialisasikan dan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga pola makan yang baik, serta pentingnya asupan protein dan gizi bagi pertumbuhan anak.
Hal ini penting untuk menghindari dampak negatif terhadap kesehatan, terutama risiko stunting yang dapat timbul.
Wali Nagari Pungguang Kasiek, Dodi Marten, menambahkan bahwa pemerintah setempat akan terus melakukan koordinasi dengan puskesmas dalam upaya mensosialisasikan pentingnya kesehatan dan penggunaan SKM di kalangan masyarakat.
Tujuannya adalah untuk merubah pandangan mengenai pola makan yang baik bagi anak, guna mencegah peningkatan kasus stunting di daerah tersebut.
“Dengan informasi yang diberikan dalam kegiatan ini, kami berharap para ibu dapat meningkatkan pengetahuan mereka dan mengikuti pedoman kesehatan, terutama dalam pemberian SKM. Ini penting agar asupan gula anak tidak berlebihan dan berisiko menyebabkan stunting,” tambahnya.
Dalam konteks ini, ia juga menyarankan agar orang tua dapat memaksimalkan pemberian ASI eksklusif serta memanfaatkan makanan lokal sebagai makanan pendamping ASI (MPASI) guna memastikan gizi anak tercukupi.
Erna Yulia Sofihara, Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU, menyampaikan bahwa organisasi mereka memiliki kader kesehatan yang tersebar di seluruh Indonesia dan berkontribusi dalam upaya penurunan angka stunting di Tanah Air.
“PP Muslimat NU telah melakukan berbagai program edukasi gizi secara langsung kepada masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia. Langkah ini merupakan bagian strategis dalam kolaborasi untuk menurunkan angka stunting di Indonesia, terutama di wilayah Padang Pariaman,” tegas Erna. (ret/hdl)