Surabaya (pilar.id) – Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), stunting, atau gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, masih menjadi isu serius di seluruh dunia.
UNICEF mencatat bahwa prevalensi stunting global pada tahun 2022 mencapai 20 persen, setara dengan 148,1 juta anak. Di Indonesia, menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI), prevalensi stunting masih tinggi, mencapai 37,2 persen, atau sekitar 8 juta anak mengalami pertumbuhan tidak maksimal.
Data lebih lanjut menunjukkan bahwa di Provinsi Jawa Timur, tingkat stunting mencapai 6,9 persen, sementara di Kota Surabaya sekitar 1,5 persen. Dampak dari stunting termasuk rendahnya kemampuan kognitif dan pendidikan, upah yang rendah bagi orang dewasa, hilangnya produktivitas, dan peningkatan risiko penyakit kronis terkait gizi di masa dewasa.
Pentingnya pertumbuhan linier pada anak usia dini sebagai penanda pertumbuhan yang sehat tidak dapat diabaikan, mengingat kaitannya dengan risiko kesakitan dan kematian, penyakit tidak menular di kemudian hari, serta kapasitas belajar dan produktivitas. Meskipun sudah banyak upaya pencegahan stunting yang dilakukan sebelumnya, tantangan ini masih memerlukan upaya berkelanjutan untuk mengatasi prevalensi stunting di Indonesia.
Dalam rangka mendukung upaya penurunan stunting, Universitas Airlangga bersama Konsorsium Perguruan Tinggi Peduli Stunting Jawa Timur menggelar kegiatan BBK Tematik Kampung Emas. Tema kegiatan kali ini adalah Kampung Emas Madani: Intervensi Hulu dalam Percepatan Penurunan Stunting di Kota Surabaya.
Kegiatan ini merupakan kontribusi nyata perguruan tinggi dalam mendukung program prioritas nasional untuk menurunkan prevalensi balita stunting di Indonesia.
Kelompok 40 Kampung Emas 2.0 di Kelurahan Tegalsari, yang terdiri dari mahasiswa Fakultas Keperawatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, dipandu oleh Dr. Dewi Setyowati, S.Keb., Bd., M.Ked.Trop. Program ini berlangsung dari bulan Oktober hingga Desember 2023.
Kampung Emas 2.0 memiliki tiga program fokus utama, yaitu Layanan Terpadu Pranikah (Laduni), Social Behaviour Change Communication: Bunda Teredukasi Sehat, Hebat, Peduli Gizi (SBCC-BESTIEZ), dan Formula Pangan Beriman. Laduni bertujuan meningkatkan cakupan pemeriksaan kesehatan pranikah dan menurunkan prevalensi anemia, komplikasi kehamilan, BBLR, dan neonatal stunting.
Program SBCC-BESTIEZ bertujuan mengubah perilaku ibu hamil dalam praktik makan dan manajemen kesehatan mental ibu, sementara Formula Pangan Beriman berfokus pada pengembangan formula makanan berbasis pangan hewani untuk meningkatkan asupan protein bagi ibu hamil, catin, dan remaja putri.
Program ini merupakan hasil kerja sama lintas sektor dengan Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Puskesmas Kedungdoro, Kelurahan Tegalsari, KSH Kelurahan Tegalsari, dan Kecamatan Tegalsari.
Ini merupakan contoh nyata kolaborasi yang berhasil dalam rangka mencapai tujuan mahasiswa untuk melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi, serta memberikan dampak positif kepada masyarakat sekitar dalam upaya penurunan stunting di Kota Surabaya, khususnya di Kelurahan Tegalsari. (ret/hdl)