Jakarta (pilar.id) – Universitas Paramadina diharapkan dapat menjadi pionir dalam mengembangkan konsep kampus hijau untuk mengatasi krisis lingkungan. Hal ini disampaikan oleh Budhy Munawar-Rachman dalam diskusi bertema “Isu-Isu Kontemporer Ekoteologi: Tafsir Atas Naskah Kalam Kekhalifahan dan Reformasi Bumi Prof. Dr. Nurcholish Madjid” yang diselenggarakan oleh Paramadina Institute of Ethics and Civilizations (PIEC) secara luring di Universitas Paramadina Cipayung.
Budhy, yang juga menjabat sebagai Direktur Paramadina Center for Religion and Philosophy, menyoroti bahwa isu ekologi belum menjadi fokus utama saat ini, terutama karena masih jarangnya pembicaraan mengenai krisis lingkungan di masjid-masjid.
“Saat ini masyarakat belum memiliki respons yang kuat mengenai ekologi. Sehingga harus dikembangkan, saya berharap Universitas Paramadina bisa menjadi pionir kampus hijau,” ujarnya.
Konsep ekoteologi yang diusung oleh Prof. Dr. Nurcholish Madjid, atau yang lebih dikenal dengan Cak Nur, memberikan pandangan yang mendalam tentang hubungan manusia dengan lingkungan dari perspektif spiritual dan etika.
Menurut Budhy, ekoteologi tidak hanya membahas aspek biologis atau kimia, tetapi juga menekankan pentingnya keadilan, etika, dan spiritualitas dalam menjaga keseimbangan alam.
“Ekoteologi transformatif berisi tentang spiritualitas bumi atau ekologi, yang didasarkan pada iman, ilmu, dan amal dalam pemikiran Cak Nur. Dalam ekoteologi, Cak Nur menawarkan perspektif yang mendalam dan transformatif tentang hubungan manusia dengan ciptaan dan penciptanya,” tuturnya.
Budhy juga menekankan pentingnya keterlibatan aktif individu dalam merenungkan bagaimana tindakan mereka dapat mempengaruhi lingkungan dan bagaimana mereka dapat berkontribusi pada pemulihan dan pelestarian alam. “Dengan ini, ekoteologi Cak Nur mengajak tiap komunitas untuk tidak hanya terlibat dalam aktivitas pelestarian lingkungan, tetapi juga menjadi agen perubahan dalam skala yang lebih besar,” tegasnya.
Dalam diskusi tersebut, Budhy juga membahas pentingnya kalam dan sejarahnya dalam memperdebatkan dan membela doktrin Islam, terutama dalam konteks dialog fiqih, falsafah, dan tasawuf. Menurutnya, kalam memberikan kontribusi signifikan terhadap pemahaman dan penerapan ajaran Islam dalam konteks sosial, politik, dan lingkungan yang lebih luas.
Universitas Paramadina diharapkan dapat mengambil langkah konkret dalam mengimplementasikan konsep ekoteologi ini, serta menjadi contoh bagi institusi lain dalam upaya pelestarian lingkungan.
Dengan menjadi pionir kampus hijau, Universitas Paramadina tidak hanya berkontribusi pada penyelesaian krisis lingkungan, tetapi juga memperkuat peran pendidikan tinggi dalam menciptakan perubahan positif bagi masa depan yang lebih berkelanjutan. (ipl/hdl)